BANKING

Profil Adrian Gunadi, Mantan CEO Investree yang Diburu OJK

Rahmat Fiansyah 22/10/2024 13:38 WIB

Mantan CEO Investree Radhika Jaya, Adrian Gunadi diburu OJK setelah adanya dugaan tindak pidana di sektor jasa keuangan.

Mantan CEO Investree Radhika Jaya, Adrian Gunadi diburu OJK setelah adanya dugaan tindak pidana di sektor jasa keuangan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Mantan CEO Investree Radhika Jaya, Adrian Gunadi kembali menjadi topik perbincangan setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membubarkan perusahaan yang didirikan Adrian. OJK tengah berupaya memulangkan Adrian dari luar negeri. 

“Mengupayakan untuk mengembalikan Saudara Adrian Asharyanto Gunadi ke dalam negeri sesuai ketentuan perundang-undangan bekerja sama dengan aparat penegak hukum," kata Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi dikutip Selasa (22/10/2024).

Ismail menambahkan, OJK bersama aparat penegak hukum akan memburu Co-Founder Investree itu untuk penegakan hukum terkait dugaan tindak pidana di sektor jasa keuangan. Regulator juga telah melakukan pemblokiran terhadap rekening bank Adrian, termasuk menelusuri aset milik Adrian dan rekan-rekannya.

Adrian sebelumnya mengajukan pengunduran dari jabatannya sebagai CEO Investree setelah tingkat kredit macet pada pinjaman yang diberikan Investree kepada debitur, terutama UMKM melonjak tajam. Rencana pengunduran diri tersebut disetujui pemegang saham Investree pada Januari 2024.

Dia adalah angkatan S1 Akuntansi Universitas Indonesia (UI) tahun 1995. Setelah lulus dari UI pada 1999, dia melanjutkan studi S2 di Rotterdam School Management, Erasmus University Belanda pada 2002. Adrian meraih gelar Master Business of Administration (M.B.A) pada 2003.

Usai lulus S1, Adrian langsung bekerja sebagai Cash & Trade Product Manager di Citi hingga 2022. Dua tahun setelah S2 rampung, dia kembali ke dunia perbankan dengan bergabung bersama Standard Chartered Bank cabang Dubai, UEA hingga 2007. 

Kembali ke Tanah Air, Adrian menjadi Head of Shariah Banking PT Bank Permata Tbk (BNLI) pada 2007. Pada tahun 2009, dia memutuskan keluar dari PermataBank dan bekerja di PT Bank Muamalat Tbk selama lebih dari 6,5 tahun.

Adrian memutuskan pensiun menjadi bankir dan mendirikan Investree pada Oktober 2015 bersama rekannya, Amir Amiruddin. Investree merupakan salah satu perusahaan fintech P2P lending pionir sekaligus terkemuka di Indonesia. Nama Adrian kemudian cepat dikenal hingga terpilih menjadi Wakil Ketua Asosiasi FinTech Indonesia (AfTech) pada Juni 2016.

Saat awal berdiri, Investree mendapatkan pendanaan awal dari Kejora Kapital hingga tahap A. Pada pendanaan tahap B, sejumlah investor besar mulai masuk seperti Mandiri Kapital Indonesia, Persada Capital, dan SBI Investment.

Investree kemudian memperoleh pendanaan jumbo USD231 juta saat tahap D dari SBI Holdings dan JTA International Holding. Dengan demikian, total pendanaan yang diperoleh Investree mencapai USD280 juta atau setara Rp4,3 triliun dengan asumsi kurs Rp15.500.

Investree melalui Investree Singapore Pte Ltd juga tercatat mengakuisisi 2,25 miliar saham PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) atau setara 12,22 persen dari total saham beredar. Nilai kepemilikan sahamnya di Bank Amar mencapai Rp480 miliar.

Pada Januari 2024, Adrian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Investree. Pada Oktober 2024, Investree dibubarkan dan Adrian kini tengah dicari oleh OJK dan aparat penegak hukum untuk diproses atas dugaan fraud dana investor.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE