Risiko Deflasi Ancam China, Bank Sentral Didesak Segera Pangkas Suku Bunga
Inflasi China tetap mendekati nol pada Mei 2023 karena pemulihan ekonomi terus melemah.
IDXChannel - Inflasi China tetap mendekati nol pada Mei 2023 karena pemulihan ekonomi terus melemah. Kondisi ini memberikan ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter guna memacu pertumbuhan.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (9/6/2023), indeks harga konsumen naik 0,2% pada Mei 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, harga produsen turun 4,6%, dipicu oleh harga komoditas yang lebih rendah dan permintaan domestik dan luar negeri yang lemah.
Inflasi inti melambat menjadi 0,6% pada Mei 2023 dari 0,7% di bulan sebelumnya. Meski demikian, harga makanan naik 1% setelah naik 0,4% di bulan sebelumnya karena harga daging, minyak goreng dan buah segar naik.
Data inflasi memberikan bukti baru bahwa ekonomi China semakin mendingin. Sebelumnya, data menunjukkan aktivitas manufaktur berkontraksi, ekspor menyusut untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, dan rebound di pasar perumahan memudar.
“Risiko deflasi masih membebani perekonomian,” kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom Pinpoint Asset Management.
"Indikator ekonomi baru-baru ini mengirimkan sinyal yang konsisten bahwa ekonomi sedang mendingin," lanjutnya.
Desakan terhadap Bank Rakyat China (PBOC) untuk memangkas suku bunga semakin menguat. Liu Yuanchun, Presiden Universitas Keuangan & Ekonomi Shanghai, mengatakan China harus menurunkan suku bunga untuk meringankan beban pembiayaan pada bisnis swasta dan mendorong pemulihan ekonomi.
Liu sempat menjadi penasihat Presiden Xi Jinping dan eks Perdana Menteri Li Keqiang.
"Pemerintah perlu berbuat lebih banyak untuk meningkatkan permintaan domestik," kata Raymond Yeung, kepala ekonom untuk China Raya di Australia & New Zealand Banking Group.
“Kami memperkirakan potongan rasio cadangan wajib di kuartal kedua," tambahnya. (WHY)