10 Poin Krusial Hasil Negosiasi RI-AS soal Tarif Trump, Target Kelar 60 Hari
Berikut 10 poin krusial negosiasi tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang ditargetkan kelar dalam 60 hari.
IDXChannel - Pemerintah Indonesia bergerak cepat merespons kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat (AS).
Melalui pertemuan intensif dengan US Trade Representative (USTR) dan Department of Commerce di Washington, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengamankan sejumlah poin krusial dalam perundingan dagang bilateral.
Airlangga menyebut, suasana negosiasi berlangsung hangat dan konstruktif. Kabar baiknya, kedua negara sepakat untuk merumuskan kerangka kerja sama yang komprehensif dan menuntaskan pembahasannya dalam waktu 60 hari ke depan.
“Indonesia termasuk salah satu negara yang diterima lebih awal oleh Pemerintah AS untuk membahas kerja sama ekonomi bilateral RI-AS dalam mewujudkan perdagangan yang adil dan berimbang," kata Airlangga dalam keterangannya.
Berikut adalah 10 poin utama hasil awal negosiasi tarif dagang antara Indonesia dan AS yang disampaikan langsung oleh pemerintah dari AS pada Kamis waktu setempat atau Jumat (18/4/2025) waktu Indonesia:
1. Indonesia Siap Tingkatkan Impor Energi AS
Sebagai upaya menjaga keseimbangan perdagangan, Indonesia menyatakan komitmen untuk meningkatkan pembelian gas alam cair (LNG) dan minyak mentah jenis sweet crude oil dari AS.
2. Perluasan Impor Produk Agrikultur AS
Indonesia menunjukkan kesediaan untuk memperluas impor gandum dan berbagai produk hortikultura yang menjadi andalan ekspor AS.
3. Karpet Merah Investasi AS di Indonesia
Pemerintah Indonesia menjanjikan percepatan proses perizinan dan memberikan berbagai kemudahan investasi bagi perusahaan-perusahaan AS yang berminat mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
4. Tawarkan Kerja Sama Mineral Kritis Strategis
Indonesia proaktif menawarkan kolaborasi dalam pengelolaan dan hilirisasi mineral-mineral penting, termasuk dalam konteks rantai pasok global yang berkelanjutan.
5. Dorong Kemitraan SDM dan Ekonomi Digital
Indonesia menggarisbawahi pentingnya penguatan kerja sama di sektor pendidikan, teknologi, ekonomi digital, serta pengembangan talenta di bidang sains dan engineering.
6. Soroti Tarif Ekspor RI yang Terlalu Tinggi
Indonesia menyampaikan keprihatinan atas lonjakan tarif bea masuk yang saat ini mencapai hingga 47 persen untuk produk-produk ekspor andalan, seperti tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, dan udang. Pemerintah mendesak adanya kesetaraan tarif dengan negara-negara pesaing.
7. Targetkan Kerangka Kerja Sama Rampung dalam 60 Hari
Kedua negara sepakat untuk menyusun format kemitraan perdagangan dan investasi yang jelas, berikut peta jalan implementasinya, dalam kurun waktu dua bulan mendatang.
8. Pembahasan Relaksasi TKDN
Pihak AS mengajukan permintaan relaksasi terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Pemerintah Indonesia saat ini tengah merancang ulang format TKDN menjadi berbasis insentif, bukan lagi pembatasan, dengan tujuan mendorong efisiensi dan inovasi tanpa mengorbankan industri dalam negeri.
9. Siapkan Paket Deregulasi untuk Industri Terdampak
Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan paket kebijakan ekonomi dan deregulasi yang komprehensif untuk sektor-sektor industri yang berpotensi terdampak tarif, seperti industri padat karya dan perikanan. Tiga satuan tugas khusus telah dibentuk untuk fokus pada peningkatan efisiensi, daya saing, dan deregulasi.
10. Strategi Diversifikasi Pasar Ekspor
Pemerintah menegaskan komitmen untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS (yang saat ini menyerap sekitar 10 persen dari total ekspor RI) dan mulai aktif menjajaki pasar-pasar alternatif yang potensial, seperti Meksiko, Inggris, Uni Eropa, serta negara ASEAN lainnya.
Langkah diplomasi cepat dan konkret ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengamankan kepentingan ekonomi nasional di tengah dinamika kebijakan perdagangan global yang terus berubah.
Hasil dari perundingan intensif dalam 60 hari ke depan akan menjadi penentu arah hubungan dagang antara Indonesia dan AS.
(Fiki Ariyanti)