3 Menteri Jokowi Mau Berburu Investor Mobil Listrik di AS & Jepang
Pada April 2021, tiga menteri ekonomi akan mengunjungi Amerika Serikat dan Jepang untuk mencari investor di sektor kendaraan listrik.
IDXChannel - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus berupaya mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia. Untuk itu, pada April 2021, tiga menteri ekonomi akan mengunjungi Amerika Serikat dan Jepang untuk mencari investor di sektor kendaraan listrik.
Adapun delegasi Indonesia tersebut adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
"Pertengahan April Pak Menko, saya dan Mendag, juga kami akan ke Amerika. Salah satunya melihat potensi kerjasama dengan pihak di AS. Kami ada rencana mendatangi negeri Jepang yang ingin bicara hal yang sama," ujar Erick Jumat (26/3/2021).
Saat ini, proses negosiasi pemerinta dengan LG Chem Ltd dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) untuk industri baterai kendaraan listrik mencapai tahap final. Mantan Bos Inter Milan itu mencatat, kedua perusahaan dunia tersebut bersepakat menjadi mitra kerja Indonesia dalam ekosistem industri baterai ini.
Meski begitu, Erick tidak menyebut perusahaan asal Amerika Serikat, Tesla Inc, yang digadang-gadang ikut andil dalam pengerjaan mega proyek Kementerian BUMN ini. Tesla sendiri baru-baru ini dikabarkan lebih memilih berinvestasi dalam pembangunan pabrik mobil listrik di Selatan India, Karnataka. "Tadi bahwa kita sudah siapkan partnership dengan dua pemain besar dunia yaitu CATL dan LG," kata dia.
Meski Tesla belum dipastikan akan bergabung. Sementara CATL dan LG ikut terlibat dalam proses penggarapan industri baterai kendaraan listrik ini, dalam proses produksinya, konsorsium BUMN tetap terlibat dari hulu hingga hilir. Konsorsium ini terdiri dari Mining and Industry Indonesia atau MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, tetap terlibat
"Struktur jelas bahwa dari hulu sampai hilir kita sebagai BUMN ikut semua. bukan hanya di hulu hasil tambang di produksi prekursor terus ditinggal, enggak. Tapi tidak kalah penting kita mengharapkan yang namanya atlet teknologi dalam berpakar," tutur Erick.
Keinginan kuat pemerintah menarik sejumlah investor luar negeri itu didasari pada nilai investasi industri baterai yang disebut bisa mencapai 17 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp238 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS). Nilai investasi itu seiring dengan pabrik produksi yang didesain secara terintegrasi.
Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menyebut, IBH tidak hanya mengelola satu pabrik pembuatan kendaraan listrik, namun terintegrasi dari mining, smelting, kemudian produksi prekursor, hingga battery pack
"Jadi bukan bangun 1 pabrik saja, tap Indonesia punya mining-nya, smelting-nya, kemudian produksi prekursor, battery pack, bahkan tadi disampaikan kami ingin juga energy storage stabilizer dan recycling-nya. Investasi yang dibutuhkan bisa sampai sampai 17 miliar dolar AS," ujar Pahala. (RAMA)