Ancaman Resesi Mengintai, Kinerja KPR RI Masih Positif
BTN menjadi bank yang menyalurkan kredit perumahan terbesar dengan total market share mencapai 38,5 persen per Maret 2022.
IDXChannel - Kepemilikan rumah menjadi hal yang penting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, di tengah kondisi perekonomian yang tak menentu, banyak orang yang berfikir dua kali dalam mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Terlebih saat pandemi Covid-19 melanda. Kini, di tengah ramalan resesi yang kian menghantui, bagaimana kinerja KPR Tanah Air?
Biaya mortgage atau yang lebih dikenal sebagai KPR-nya Amerika Serikat (AS) mencapai level tertinggi karena inflasi yang terus melonjak.
Tingkat bunga KPR rata – rata mencapai 6,02 persen. Peningkatan biaya KPR di AS terjadi karena bank sentral secara agresif menaikan suku bunga untuk mengurangi dampak inflasi. Harga konsumen juga ikut naik ke level 8,3 persen.
Sementara di Indonesia bunga kredit KPR masih terpantau aman.
Mengutip Rumah.com, beberapa bank menawarkan suku bunga KPR rendah per September 2022 di antaranya Bank BTN yang menawarkan bunga KPR mulai dari 3,72%.
Ada juga promo suku bunga BNI Griya yang masih berlaku hingga kuartal II, dengan suku bunga mulai dari 6,75% dan pilihan masa fixed 2 tahun pertama.
Bank Mandiri juga menawarkan program suku bunga KPR yang kompetitif. Terdiri dari pengenaan 3,99% fixed 1 tahun, 4,99% fixed 3 tahun, 5,99% fixed 5 tahun, dan 8,50% fixed 10 tahun.
Ada juga KPR BCA dengan suku bunga berjenjang dimulai dengan bunga 4,38% fixed 3 tahun yang dilanjutkan dengan bunga 7,68% pada tahun ke-4 sampai dengan tahun ke-6 dan 9,68% pada tahun ke-7 dan ke-8.
KPR merupakan bagian dari kredit konsumsi untuk kepemilikan rumah tinggal berupa rumah tapak, rumah susun hingga apartemen. Kredit ini diberikan bank kepada debitur perorangan dengan jumlah maksimum pinjaman yang ditetapkan berdasarkan nilai agunan.
KPR dikategorikan sebagai kredit konsumsi karena objek pembiayaan dalam KPR adalah rumah yang tidak diperuntukan sebagai barang modal ataupun usaha nasabah.
KPR adalah kontributor kedua terbesar dalam kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia pada 2015, yaitu mencapai 30 persen dari keseluruhan kredit konsumsi, sesudah kredit untuk peralatan rumah tangga lainnya yang proporsinya mencapai 36 persen menurut data Otoritas Jasa keuangan (OJK).
Berdasarkan data OJK realisasi penyaluran kredit konsumsi perbankan di paruh pertama 2022 terpantau stabil. Total yang disalurkan mencapai Rp 1,65 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)
BTN Masih Mendominasi Penyaluran KPR
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melaporkan tingginya penyaluran kredit perumahan yang mencapai Rp251,9 triliun pada semester I-2022.
"Saya yakin karena saat ini bisa dilihat bahwa saat ini keadaannya Covid sudah landai dan geopolitik sudah mulai mereda," jelas Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo saat Public Expose Live, Kamis (15/9/2022).
Penyaluran kredit perumahan masih mendominasi total kredit perseroan pada semester I/2022. Adapun kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir Juni 2022 mencapai Rp251,914 triliun.
Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada semester I/2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp137,255 triliun tumbuh 8,68% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp126,297 triliun.
Sementara itu, BTN menjadi bank yang menyalurkan kredit perumahan terbesar dengan total market share mencapai 38,5 persen per Maret 2022. Termasuk market share untuk KPR bersubsidi yang mencapai 84,5 persen.
Total KPR yang dikelola tumbuh sebesar 7,57% yoy dengan KPR Subsidi tumbuh kuat dengan kenaikan 8,68% yoy dengan nilai sebesar Rp137,255 triliun.
Sementara KPR Non Subsidi terus meningkat 5,84% yoy Rp85,305 triliun pada semester I/2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp80,598 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)
Di sisi lain, ada PT Bank Central Asia (BBCA) juga mencatatkan kenaikan KPR yang cukup menggembirakan dengan kenaikan 9, 8% year on year (YoY). (Lihat tabel di bawah ini.)
Terkait resiko kredit, rasio kredit bermasalah atawa NPL RI juga menunjukkan tren positif sejak awal tahun. Rasio NPL terpantau terus turun month to month (mtm) dari Januari hingga Maret 2022.
Dihantui resesi AS, pada periode April hingga Mei NPL tercatat kembali meningkat berada di presentase 3% pada April dan 3,04 pada bulan Mei. Adapun memasuki Juni, NPL terjun menjadi hanya 2,86% yang berarti bagus terhadap kondisi sektor perbankan Tanah Air.
BI menyatakan kondisi menjadi sinyal bagus yang menunjukkan ketahanan sistem keuangan tetap terjaga baik dari sisi permodalan maupun likuiditas.
Sebagai informasi, menurut data BI, permodalan perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Juni 2022 tetap tinggi sebesar 24,66%. Seiring dengan kuatnya permodalan, risiko tetap terkendali yang tercermin dari rasiokredit bermasalah yang tercatat rendah. (ADF)