ECONOMICS

AS Bekukan Aset USD1 Triliun Demi Runtuhkan Ekonomi Rusia

Yulistyo Pratomo 02/03/2022 16:39 WIB

Negara barat telah menanggapi invasi Rusia ke Ukraina dengan sanksi hukuman sedikit demi sedikit. Ini dirancang untuk memicu krisis perbankan di Moskow.

AS Bekukan Aset USD1 Triliun Demi Runtuhkan Ekonomi Rusia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Negara barat telah menanggapi invasi Rusia ke Ukraina dengan sanksi hukuman sedikit demi sedikit. Ini dirancang untuk memicu krisis perbankan, memenuhi pertahanan keuangan Moskow, dan mengarahkan ekonomi Rusia ke resesi yang dalam. 

Dilansir dari CNN business, Senin (01/03/2022), sanksi yang ditargetkan memiliki risiko tinggi bahwa Rusia akan menghadapi krisis keuangan yang dapat mendorong bank-bank diambang kehancuran. 

Menurut Le Maire, dengan adanya sanksi dari beberapa negara membuat aset Rusia senilai hampir USD1 triliun kini telah dibekukan. Negara barat telah memutus akses dua bank terbesar Rusia Sberbank (SBRCY) dan VTB dari terhadap dolar AS.

Selain itu, mereka juga telah mengambil langkah-langkah untuk menghapus beberapa bank Rusia dari SWIFT yang menghubungkan lembaga keuangan dan memfasilitasi pembayaran yang cepat dan aman. 

Moskow telah berusaha untuk menghentikan ekonominya yang bergantung pada minyak dari dolar, membatasi pengeluaran pemerintah, dan menimbum mata uang asing. Perencanaan ekonomi Putin berusaha untuk meningkatkan produksi barang-barang tertentu di dalam negeri dengan memblokir produk-produk yang setara dari luar negeri.

Sementara itu, bank sentral Rusia telah mengumpulkan cadangan senilai USD630 miliar termasuk mata uang asing dan emas, dengan jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan sebagian besar negara lain.

Pertahanan tersebut sedang diuji oleh Barat, dan sanksi ini telah membuat sekitar 50 persen cadangan devisa Rusia tidak berguna, menurut Capital Economics. 

"Cadangan devisa Rusia senilai USD600 miliar lebih hanya kuat jika putin dapat menggunakannya." Kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden. 

Kondisi eksternal untuk ekonomi Rusia telah berubah secara drastis. Bank setral Rusia mengumumkan bahwa suku bunga akan naik dua kali lipat menjadi 20 persen. 

"Diperlukan untuk mendukung stabilitas keuangan dan harga serta melindungi tabungan warga dari depresiasi," ujar bank tersebut.

Rusia juga memberlakukan kontrol modal, bank sentral memerintahkan perusahaan untuk menjual mata uang asing pada hari Senin untuk menopang rubel karena jatuh ke level terendah terhadap dolar AS.

Lim Peach mengatakan bahwa bank-bank Rusia dapat dipaksa untuk merespon dengan menjual aset dengan harga murah. Kreditur bisa menjadi langka, membuat pemderiraan ekonomi akibat sanksi semakin parah.

"Peningkatan sanksi barat selama akhir pekan telah meningkatkan bank-bank Rusia krisis," tutup Peach. (TYO/SALSA)

SHARE