AS Terancam Gagal Bayar Utang, Bagaimana Dampaknya ke Perekonomian RI?
Sebab, apabila kegagalan dalam pembayaran utang di Amerika Serikat bakal berdampak serius terhadap perekonomian global.
IDXChannel - Pemerintah Amerika Serikat (AS) berpotensi gagal bayar utang kewajiban keuangan pada pemegang obligasi di negaranya. Hal itu dikarenakan pinjaman utang AS sudah melampaui batas pinjaman USD31,4 triliun pada Januari 2023.
Ancaman gagal bayar itu juga seiring dengan alotnya pembahasan oleh para Senator untuk menaikan plafon pinjaman. Namun, terdapat konsekuensi yang ditawarkan yaitu menekan belanja pemerintah pusat.
Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan, penambahan plafon pinjaman biasanya menjadi jalan keluar dari adanya ancaman gagal bayar utang. Sebab, apabila kegagalan dalam pembayaran utang di Amerika Serikat bakal berdampak serius terhadap perekonomian global.
Karena menurut Eko, pemegang surat utang di Amerika Serikat bisa saja mengalihkan uangnya ke negara yang memikat kondisi ekonomi lebih stabil. Dampaknya aktivitas perekonomian hingga pembangunan di Amerika Serikat bakal berdampak buruk.
Meski demikian, gagal bayar utang Amerika itu dikatakan Eko tidak akan berdampak langsung terhadap kondisi perekonomian di Indonesia. Salah satu yang paling utama karena Indonesia tidak memiliki surat utang Amerika Serikat alias tidak mengutangi Amerika.
"Di Indonesia, dari sisi komposisi, pemerintah tidak pegang obligasi Amerika, kalau misalnya terjadi gagal bayar, dampak secara langsung kepada APBN tidak terlalu besar," kata Eko dalam Market Review IDXChannel, Selasa (2/5/2023).
Namun, menurutnya, situasi di sektor keuangan yang akan terdampak apabila Amerika Serikat mengalami gagal bayar utang. Mulai fluktuasi nilai tukar Rupiah, hingga bisa berdampak ke sektor riil.
"Tetapi biasanya akan berdampak ke sektor keuangan dulu," kata Eko.
Selain itu, urutan pangsa pasar ekspor non migas terbesar Indonesia adalah China, kedua Amerika Serikat, Jepang, India, Malaysia, dan Singapura. Oleh sebab itu tidak menampik kemungkinan gagal bayar utang Amerika akan sedikit berpengaruh juga terhadap perekonomian Indonesia.
Namun, melalui kerja sama Bank Indonesia dengan beberapa bank sentral negara lain lewat Local Currency Settlement (LCS) merupakan suatu langkah yang positif. Sebab, dengan mendiversifikasi kebutuhan valas bukan hanya pada dollar, bakal mengurangi risiko tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
"Pada titik itu bagus untuk stabilitas nilai tukar Rupiah, dan momentumnya tepat saat ini, karena kita tidak melakukan sendirian, ada China, India dan beberapa negara lainnya," pungkasnya.
(YNA)