ECONOMICS

Aset Industri Asuransi RI Tembus Rp1.637 Triliun

Suparjo Ramalan 01/06/2022 15:47 WIB

Industri asuransi di Indonesia semakin menggeliat pasca pandemi covid-19 yang semakin melandai.

Aset Industri Asuransi RI Tembus Rp1.637 Triliun (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Industri asuransi di Indonesia semakin menggeliat pasca pandemi covid-19 yang semakin melandai. Tercatat, hingga Maret 2022 aset total industri keuangan non perbankan tersebut mencapai Rp 1.637 triliun atau tumbuh 12,9  persen dari tahun sebelumnya. 

Sejalan dengan industri asuransi, dana pensiun juga menunjukkan progres yang positif. Hingga Maret, total aset bersih mencapai Rp 329 triliun atau tumbuh 6 persen dari tahun sebelumnya. 

Destry Damayanti, Senior Deputy Governor of Bank Indonesia, dalam pidato sambutannya di acara IFG International Conference 2022, Selasa, 31 Mei 2022 mengatakan, Indonesia masih memerlukan pasar keuangan yang kuat agar menjadi negara maju. 

"Pasar keuangan yang kuat akan mampu menjaga stabilitas rupiah, sehingga berdampak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Destry Damayanti, Rabu (1/6/2022).

Destry mencatat penetrasi asuransi terbilang meningkat, yakni mulai dari 1,9 persen pada 2019 menjadi 3,2 persen pada 2022. Sedangkan penetrasi dana pensiunan juga cukup stabil, di mana sebanyak 6 persen dan diproyeksi akan naik seiring perkembangan teknologi digital melalui program insurtech. 

"Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menjadi negara maju. Upaya yang harus dilakukan misalnya lewat percepatan pasar finansial yang efisien dan inklusif," kata Destry. 

Senada, Advisor Departemen Pengawasan Khusus Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sumarjono mengatakan upaya memperkuat industri asuransi dan dana pensiun merupakan tanggung jawab bersama.

Indonesia dan negara G20 berkomitmen dalam menciptakan sistem keuangan yang kuat, industri yang bisa mendukung upaya-upaya dunia dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim, serta usaha-usaha meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.

Perkembangan teknologi digital juga membawa risiko, misalnya faktor keamanan yang memang menjadi isu penting saat bertransaksi. Bahkan, ke depan akan ada tren bahwa semua transaksi akan beralih secara digital, sehingga seluruh masyarakat memerlukan literasi yang memadai. 

"Isu literasi keuangan ini masih menjadi tantangan bagi kita semua. Berdasarkan survey per tiga tahun yang dilakukan OJK, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2019 mencapai 38,01 persen atau naik dari tahun 2016 sebelumnya sebesar 29,7 persen," tutup Sumarjono. (RAMA)

SHARE