ECONOMICS

Bahlil Saksikan Kontrak WK Migas Central Andaman, Perdana Pakai Skema New Gross Split

Febrina Ratna Iskana 03/12/2024 15:24 WIB

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyaksikan penandatanganan Kontrak WK Migas Central Andaman, yang merupakan WK Migas pertama dengan skema New Gross Split.

Bahlil Saksikan Kontrak WK Migas Central Andaman, Perdana Pakai Skema New Gross Split. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyaksikan penandatanganan Kontrak Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi (WK Migas) Central Andaman, WK Migas pertama dengan skema New Gross Split.

Tanda tangan dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Konsorsium Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), yakni Harbour Energy Central Andaman Ltd. dan Mubadala Energy (Central Andaman) Rsc Ltd.

Penandatanganan Kontrak WK Migas ini menandai upaya pemerintah meningkatkan lifting minyak dan gas bumi, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam upaya mencapai swasembada energi.

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Dadan Kusdiana menyampaikan Kontrak WK Central Andaman ini merupakan sejarah baru bagi investasi sektor migas. Sebab, menggunakan kontrak dengan skema New Gross Split  pertama, sesuai ketentuan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split.

"Ini merupakan milestone baru, sejarah baru, karena Blok Central Andaman adalah kontrak dengan skema New Gross Split pertama. Peraturan Menteri ESDM yang terkait New Gross Split ini ditandatangani oleh Bapak Menteri ESDM 2 bulan yang lalu. Hari ini sebagai bukti bahwa regulasi yang disiapkan oleh Kementerian ESDM ini implementatif," ujar Dadan.

WK Central Andaman akan dioperatori oleh Harbour Energy Central Andaman Ltd. Konsorsium KKKS telah melakukan pembayaran Bonus Tanda Tangan sebesar USD300.000 serta menyampaikan Jaminan Pelaksanaan sebesar USD1.500.000.

Lelang WK Migas

Dalam kesempatan tesebut, Kementerian ESDM juga mengumumkan Lelang 6 Wilayah Kerja Migas Tahun 2024 Tahap II, yang terdiri dari 5 WK Migas penawaran langsung dan 1 WK migas lelang reguler.

Dengan ditawarkannya 6 Wilayah Kerja dengan total potensi sekitar 48 miliar barrel oil equivalent ini, maka total menjadi 11 Wilayah Wilayah Kerja yang ditawarkan oleh Kementerian ESDM pada 2024.

“Tentunya hal ini menjadi capaian yang luar biasa. Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk mendukung kegiatan hulu migas di tanah air dengan melakukan pembenahan pengelolaan usaha migas," ujar Dadan.

Selain itu, Kementerian ESDM menyampaikan penemuan terbaru potensi minyak dan gas di area Indonesia Bagian Barat Tahap 2 (IBB 2), mencapai lebih dari 4,3 miliar barel oil equivalent (BBOE).

Potensi ini terdapat di 4 (empat) wilayah yaitu Cekungan Natuna Timur, Cekungan Selat Makassar, Cekungan Jawa Bagian Tenggara dan Cekungan Barito. Penemuan potensi ini mendukung upaya pencapaian swasembada energi yang telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, yakni peningkatan lifting migas.

"Melalui studi ini, menunjukkan kontribusi nyata dalam upaya menemukan cadangan migas baru, melalui kegiatan eksplorasi. Studi yang merupakan hasil kolaborasi dari berbagai pihak dengan tujuan untuk mempercepat kegiatan eksplorasi, sekaligus menciptakan lingkungan investasi hulu migas yang lebih kondusif bagi investor, baik investor domestik maupun internasional," ujar Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto.

Dalam paparannya, Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi Nanang Abdul Manaf menyampaikan kajian untuk penemuan potensi baru migas di IBB 2 dilakukan di Natuna Timur, Selat Makassar, Jawa Bagian Tenggara, dan Barito.

"Fokus dalam kajian tim adalah di Natuna Timur, Selat Makassar, Jawa Bagian Tenggara dan Barito. Hasil dari 2 area saja potensinya lebih dari 4,3 BBOE, yang terdapat di Natuna Timur sekitar 2,8 BBOE dan Jawa Bagian Tenggara sedikitnya 1,5 BBOE dengan potensi antara rentang 1,5 hingga 17 BBOE. Ini belum ditambah dengan potensi yang ada di Selat Makassar dan Barito," kata Nanang. 

(Febrina Ratna)

SHARE