Bapanas Beberkan Penyebab Harga Telur Naik hingga Rp31.276 per Kilogram
Bantuan pangan telur dan daging ayam untuk menurunkan stunting juga menjadi salah satu langkah strategis untuk mengendalikan keseimbangan harga telur
IDXChannel – Badan Pangan Nasional (Bapanas) tak menampik harga telur meningkat belakangan ini. Kendati demikian, menurut Bapanas, dinamika harga telur harus dilihat dari berbagai sisi.
"Pertama di mulai dari hulu, karena secara sistematis turut membentuk harga di tingkat hilir. Saat ini di tingkat hulu atau peternak terjadi perubahan biaya produksi, khususnya variabel biaya pakan," ujar Kepala, Bapanas Arief Prasetyo Adi di Jakarta, Senin (22/5/2023).
Untuk menjaga biaya produksi di tingkat peternak tidak semakin melonjak, maka Bapanas prioritaskan untuk melakukan langkah stabilisasi harga pakan.
Menurut Arief, ekosistem perunggasan sangat erat kaitannya dengan jagung sebagai salah satu komponen utama pakan ternak.
Dalam rangka menjaga stabilisasi pasokan dan harga jagung, NFA tingkatkan fasilitasi distribusi pangan (FDP) komoditas jagung dari petani atau gapoktan kepada peternak.
“NFA terus mendorong fasilitasi distribusi jagung dari NTB dan Sulawesi Selatan ke wilayah produsen telur di Jateng, Jatim, dan Lampung, saat ini telah mencapai 1.100 ton dan masih berproses pendistribusian ke Solo Raya 100 ton. Dengan pasokan jagung yang lancar akan dapat menurunkan biaya produksi,” tuturnya.
Upaya stabilisasi harga pakan ini, menurut Arief, harus disikapi melalui kolaborasi bersama stakeholder, termasuk kementerian/lembaga terkait. Berdasarkan Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT), biaya pakan berkontribusi sebesar 67% dari biaya pokok produksi telur, dengan 50% pakan adalah jagung giling.
Lebih lanjut, bantuan pangan telur dan daging ayam untuk menurunkan stunting juga menjadi salah satu langkah strategis untuk mengendalikan keseimbangan harga telur dari hulu hingga hilir.
“Bantuan pangan terus kita dorong, ditingkatkan intensitas penyalurannya melalui BUMN Pangan ID FOOD, karena selain membantu penurunan stunting juga membantu masyarakat mengurangi pengeluaran pembelian telur, selain itu menjaga produksi di tingkat peternak diserap dengan harga yang baik,” ujarnya.
Di samping itu, Arief menilai, apabila kewajaran harga di peternak tidak dijaga, maka bisa berdampak pada menurunnya jumlah peternak, akan banyak peternak mandiri kecil yang tidak berproduksi. Hal ini berujung pada menurunnya produksi telur nasional. "Ini yang kita antisipasi,” pungkas Arief.
Adapun kondisi harga telur berdasarkan Panel Harga Pangan per 21 Mei 2023, secara rata-rata nasional berada di Rp 31.276 per kg. Sementara itu, untuk harga per Kabupaten/Kota, kondisi harga telur terpantau beragam dan dinamis.
(SAN)