Bayang Resesi Mengerikan, Angka Kemiskinan RI Diramal Naik 10,5 Persen
Bayang-bayang resesi ekonomi global semakin nyata lantarabank sentral di seluruh dunia secara bersamaan mengerek suku bunga acuan demi menjinakkan inflasi.
IDXChannel - Bayang-bayang resesi ekonomi global semakin nyata lantaran bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan mengerek suku bunga acuan demi menjinakkan inflasi.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai imbas resesi global, kondisi ekonomi Indonesia dalam tiga transmisi. Pertama, transmisi di sektor keuangan dimana efek resesi membuat rupiah melemah cukup dalam, proyeksinya lebih dari 16.000 per usd.
Kedua, menyusul inflasi akibat harga barang impor naik dan daya beli masyarakat turun, dan ketiga, transmisi ke sektor industri manufaktur menciptakan penundaan ekspansi, efisiensi dan terburuk pabrik tutup permanen.
Lebih lanjut, Bima memprediksi bahwa akan ada peningkatan jumlah orang miskin di Indonesia naik 10,5 persen.
"Efek ketiga transmisi pada sektor riil dapat membuat lapangan kerja menurun, dan jumlah orang miskin meningkat. Paling lambat kuartal I 2023 resesi global akan dirasakan ke indonesia," katanya kepada MNC Portal, Selasa (11/10/2022).
Bima mengungkapkan, untuk menekan angka masyarakat miskin bertambah, pemerintah harus memperkuat jaring pengaman sosial terutama bansos tunai, program padat karya, dan dalam bentuk dukungan pada usaha UMKM.
"Idealnya sebagai bantalan resesi, anggaran perlindungan sosial mencapai 4-5% dari PDB, saat ini baru 2,5% dari PDB," ungkapnya.
Lebih lanjut, Bima mendorong pemerintah, BUMN dan Pemda untuk bekerjasama menciptakan lapangan kerja melalui pengadaan barang dan jasa dengan pelaku UMKM. Dimana saat ini pengadaan barang dan jasa pemerintah baru mencapai 40 persen yang berasal dari UMKM.
"Semakin besar realisasi program ini, maka semakin besar jumlah tenaga kerja UMKM yang bisa terserap. Dalam setiap krisis UMKM selalu jadi penahan guncangan," ujarnya.
Disisi lain, Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal menyebut kondisi jumlah masyarakat miskin Indonesia saat ini sudah meningkat atau mencapai 26,16 juta jiwa.
Adanya peningkatan tersebut karena kenaikan harga bahan bakar subsidi sehingga mendorong kenaikan inflasi yang menyebabkan daya beli masyarakat kurang mampu berkurang.
"Untuk peningkatan jumlah orang miskin sebetulnya dari adanya kenaikan harga BBM itu yang mendorong kenaikan inflasi lebih tinggi jumlah orang miskin sudah bertambah dibandingkan data dari BPS di bulan maret 2022," terang dia.
Dengan bayang-bayang resesi global pada tahun depan, jumlah masyarakat miskin di Indonesia akan bertambah 500.000 orang. Angka kemiskinan meningkat jika resesi global berdampak terhadap kenaikan inflasi.
"Jika resesi ini kemudian tingkat inflasi tidak terlalu meningkat seperti pandemic kemarin mungkin peningkatan jumlah orang miskin tersebut ada tetapi tidak terlalu signifikan sepanjang ekonomi dalam negeri terus bergerak," katanya.
(DES)