ECONOMICS

Bensin Pertalite Mulai Langka, Pedagang Eceran Kehilangan Sumber Pemasukan

Iqbal Dwi Purnama 13/04/2022 15:58 WIB

jika Iwan menjual bensin Pertalite dengan harga Rp10.000 perliter, maka Iwan mengantongi keuntungan setidaknya Rp82.250 ketika bensinnya habis terjual.

Bensin Pertalite Mulai Langka, Pedagang Eceran Kehilangan Sumber Pemasukan (foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) telah memutuskan kenaikan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax menjadi Rp12.500 per liter. Kebijakan tersebut didasarkan pada kenaikan harga minyak dunia yang telah menembus angka lebih dari 100 dolar AS per barel.

Namun, kebijakan tersebut rupanya menimbulkan dampak turunan (Efek domino/domino's effect) berupa mulai beralihnya sebagian konsumen Pertamax ke jenis Pertalite yang lebih murah dan disubsidi pemerintah. Hal ini memicu konsumsi berlebih untuk BBM jenis Pertalite, yang membuatnya mulai langka di pasaran.

Dampak dari kondisi tersebut, kini para pedagang eceran Pertalite di pinggiran jalan juga pusing lantaran mulai susah mencari pasokan Pertalite untuk dijual. Salah satu pedagang bensin eceran di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur bernama Iwan mengaku saat ini sudah sulit untuk membeli bahan bakar berjenis Pertalite menggunakan wadah besar untuk dijual kembali di warungnya.

Sebab dikatakan Iwan petugas SPBU sudah melarang pembelian menggunakan wadah besar. Alasannya stok bensin Pertalite yang ada lebih difokuskan untuk pemenuhan konsumen yang datang langsung ke SPBU. Akhirnya Iwan mengaku sudah 8 hari tidak menjual bensin eceran di warungnya.

"Disananya tidak kosong, cuma tidak boleh membeli menggunakan derigen," ujar Iwan, Selasa (12/4/2022).

Karena tidak lagi berjualan bensin eceran menurut Iwan cukup berdampak pada pemasukan tokonya. Dari tidak berjualan bensin eceran, ada satu keuntungan yang kini sudah tidak lagi didapatkannya.

Padahal menurut Iwan berjualan bensin eceran dianggap menguntungkan, karena keuntungan yang didapatkan perhari cukup terasa. Per dua hari Iwan belanja bensin eceran sebanyak 35 liter, dengan harga yang perliter yang dibeli Iwan dengan harga Rp7.650. 

Iwan mengeluarkan uang untuk belanja bensin Pertalite sebanyak Rp267.750, jika Iwan menjual bensin Pertalite dengan harga Rp10.000 perliter, maka Iwan mengantongi keuntungan setidaknya Rp82.250 ketika bensinnya habis terjual.

Maka itu yang dimaksud Iwan ada keuntungan yang hilang dan cukup berasa untuk pedagang kecil sepertinya. Jika ingin dibandingkan dengan penjualan makanan yang dibelinya diagen, maka sangat jauh berbeda besaran keuntungan.

Disamping itu penualan produk seperti Snack ataupun misalnya rokok yang setiap hari pasti terjual, tidak cukup untuk membandingkan keuntungannya. Misalnya Iwan menjual rokok yang juga di ecer dengan harga satu batangnya Rp2.000, dalam satu bungkus setidaknya berisi 16 batang. 

Belanja rokok Sampoerna Mild satu slopnya isi 10 bungkus adalah Rp256.500. Kalau rokok tersebut terjual habis saja dengan harga konsisten satu batangnya Rp2.000 maka setidaknya Iwan hanya mendapatkan keuntungan sebesar Rp63.500.

Jumlah tersebut didapatkan dari jumlah batang rokok sebanyak satu slop dikalikan dengan harga satu batang rokok, selanjutnya dikurangi oleh modal belanja Iwan untuk membeli satu slop rokok sebesar Rp256.000.

"Ya berasa juga lah (kalau tidak) lumayan juga, kita sambil jualan warung," kata Iwan.

"Kakau dibandingkan makanan, itu lebih cepat habis menjual bensin, kalau makanan ini tidak segera lah," sambungnya.

Oleh sebab itu menurut Iwan menjual bensin itu cepat habisnya sehingga cepat untuk mendapatkan keuntungannya. Hari berikutnya belanja kembali dan mendapat keuntungan lagi. Ini yang menurut Iwan berbeda dari menjual makanan yang kadang baru belanja kembali Minggu berikutnya.

"Kalau menjual bensin lebih cepat putar duitnya, kita mana yang lebih laku, itu yang kita jual," pungkas Iwan. (TSA)

SHARE