Bersih-Bersih Baju Bekas Impor, Cara Pemerintah Selamatkan Industri Tekstil
Pemerintah tengah gencar membasmi perdagangan baju bekas impor demi menyelamatkan industri tekstil dalam negeri.
IDXChannel - Pemerintah tengah gencar membasmi perdagangan baju bekas impor demi menyelamatkan industri tekstil dalam negeri.
Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Shinta Kamdani mengatakan, industri padat karya seperti industri alas kaki dan tekstil semakin terancam sejak turunnya permintaan ekspor. Belum lagi persaingan bisnis dalam negeri terasa sulit lantaran baju bekas impor begitu laris manis di pasaran.
"Jadi sekarang yang menjadi perhatian kita adalah padat karya. Karena padat karya itu demand ekspornya menurun signifikan, kayak tekstil, sepatu, dan furniture. Nah itu bagaimana gitu loh dampaknya dengan demand turun ini, kan pasti kena ke PHK," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (29/3/2023).
Shinta menjelaskan, demand ekspor pada Januari 2023 menurun drastis. Industri sepatu merosot hampir 40 persen hingga perusahaan sepi produksi. Sementara itu, BPJS ketenagakerjaan mencatat sudah ada 800 ribu pekerja industri padat karya yang kena PHK hingga Oktober 2022.
"Jadi kalau dibilang PHK belum terlihat, lihat saja data BPJS. BPJS menyebutkan sampai Oktober sudah 800 ribu lebih. Kamu cek aja," tukas Shinta.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, porsi barang bekas impor telah menggerus 31 persen pasar UMKM dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah mengambil langkah cepat melalui penertiban barang bekas impor ilegal, termasuk pakaian bekas.
"Yang selundupan ini, sudah menguasai 31 persen, pasar UMKM kita. Bayangkan. Jadi kalau selangkah lagi, itu UMKM itu bisa nggak karu-karuan, habis pasarnya," kata dia dalam konferensi pers, di Tempat Penimbunan Pabean (TPP) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Cikarang, Selasa (28/3/2023).
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menambahkan, pelaku UKM tekstil menjadi terpuruk dengan adanya importasi barang bekas ilegal.
"Saya sudah usulkan ke pak Mendag kemarin, agar produk-produk impor ya itu mungkin jangan langsung masuk ke pasar di Jawa, jadi berlabuhnya produk impor itu katakanlah di Sorong, Jayapura, sehingga nanti kan kita masih bisa kompetitif produk lokal itu," kata Teten.
(DES)