Bos KAI: Harga Satu KRL Baru Setara 10 KRL Bekas Jepang
Dirut PT KAI Didiek Hartantyo: Biaya untuk membeli rangkaian kereta (trainset) baru jauh lebih mahal jika dibandingkan pengadaan kereta impor bekas Jepang.
IDXChannel - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI Didiek Hartantyo menjelaskan, biaya untuk membeli rangkaian kereta (trainset) baru jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan pengadaan kereta impor bekas dari Jepang.
Didiek menuturkan, harga 10 trainset bekas impor dari Jepang masih lebih murah dibandingkan dengan pembelian satu kereta baru milik PT INKA. Sebab, satu trainset bekas impor dari Jepang sampai bisa dioperasikan membutuhkan biaya Rp1,6 miliar, sedangkan satu trainset baru buatan INKA dibanderol dengan harga Rp20 miliar.
"Jadi bisa dibayangkan dengan kereta api bekas yang harganya sampai ke Indonesia bisa dioperasikan sekitar Rp1,6 miliar untuk satu kereta atau 10 trainset sekitar Rp16 miliar, dibandingkan dengan kereta baru yang satu kereta itu Rp20 miliar," kata Didiek dalam Raker bersama Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (27/3/2023).
Didiek mengungkapkan, jika pengadaan kereta baru lewat produksi dari dalam negeri dalam hal ini PT INKA, maka PT KCI setidaknya membutuhkan investasi sekitar Rp800 juta-Rp1 triliun. Mengingat saat dalam dua tahun mendatang ada puluhan kereta yang memasuki usia pensiun dan memerlukan penggantinya.
"Kemampuan PT KCI membeli kereta baru itu sangat terbatas, karena dengan PSO keuntungan hanya dipatok 10%, EDBITDA juga kecil, untuk investasi, 16 trainset ini KAI akan taruh modal hingga Rp1 triliun, sisanya pakai utang," sambungnya.
Diakuinya, soal jangka waktu pemakaian, kereta baru memiliki waktu pakai yang lebih lama jika dibandingkan dengan kereta bekas impor. Kereta bekas impor memiliki usia 15 tahun, sedangkan untuk kereta baru memiliki usia yang lebih panjang.
Namun demikian, setelah 15 tahun pemakaian kereta impor tersebut, sebetulnya masih bisa dilakukan retrofit alias melakukan perubahan dari sisi pengguna teknologi, hingga masalah permesinannya.
"Setelah diimpor, selama sparepart masih memadai, itu masih bisa jalan, dan saya bertanggungjawab akan keselamatan, kalau kereta itu tidak layak untuk dijalankan, tidak layak keselamatan, akan saya hentikan, karena itu menjadi utama," pungkasnya.
(YNA)