BPOM: di India Ivermectin Terbukti Turunkan Angka Pasien Covid
Banyak negara seperti di India menggunakan obat Ivermectin dan hasilnya dapat menurunkan angka pasien covid.
IDXChannel - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) siap melakukan uji klinik terhadap obat Ivermectin tersebut. Banyak negara seperti di India menggunakan obat Ivermectin dan hasilnya dapat menurunkan angka pasien covid.
Terlebih, Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan memiliki data positif terkait Ivermectin sebagai salah satu terapi penanggulangan Covid-19 di beberapa negara.
"Data-data epidemiologi dan juga publikasi global, menunjukkan bahwa Ivermectin ini juga digunakan untuk penanggulangan Covid-19 dan ada guideline dari WHO dikaitkan dengan Covid-19 treatment yang merekomendasikan bahwa Ivermectin dapat digunakan dalam kerangka uji klinik," terang Kepala BPOM Penny K. Lukito, di konferensi pers virtual, Senin (28/6/2021).
Ia melanjutkan, "Pendapat yang sama diberikan oleh beberapa otoritas obat dalam kategori sistem regulator yang baik seperti US FDA dan EMA dari Eropa. Namun, memang data uji klinik harus terus kita kumpulkan di mana saat ini belum konklusif. Untuk itulah BPOM sejalan dengan rekomendasi WHO memfasilitasi pelaksanaan uji klinik yang diinisiasi oleh Balitbangkes," katanya.
Sudah beberapa negara melakukan uji klinik Ivermectin dalam hal penanganan Covid-19. Misalnya saja India, Ceko, Peru, dan beberapa negara lainnya.
India sendiri, kata Penny, negara tersebut membuktikan bahwa Ivermectin dapat menurunkan kesakitan pasien Covid-19 di masa tsunami Covid-19 beberapa waktu lalu.
"Setelah tsunaminya reda, penggunaan Ivermectin tidak dilanjutkan memang, tetapi obat tersebut memberi dampak baik pada penurunan angka kesakitan pasien Covid-19 di rumah sakit," terangnya.
Sejauh ini, uji klinik Ivermectin akan diberikan pada kelompok pasien Covid-19 gejala ringan hingga sedang. Jika hasilnya nanti baik, ada kemungkinan akan diujikan pada pasien dengan gejala lebih buruk.
"Jadi, hasil uji klinik Ivermectin ini nantinya akan memberikan gambaran pada kami apakah obat tersebut baik atau buruk untuk penanganan pasien Covid-19 di Indonesia," kata Pakar Mikrobiologi Klinik Prof Pratiwi Sudarmono. (RAMA)