Cerita Pilu Petani Sumbersari yang Kebunnya Ludes Tersapu Erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru menghancurkan segala sendi perekonomian warga sekitarnya.
IDXChannel - Erupsi Gunung Semeru menghancurkan segala sendi perekonomian warga sekitarnya. Beberapa warga yang sebelumya bertani terpaksa tak bisa mengelola lahan pertaniannya.
Tampak sepanjang mata memandang di kawasan Dusun Umbulan dan Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, abu vulkanik dan material erupsi Gunung Semeru meluluhlantakkan lahan pertanian warga.
Seorang warga Dusun Sumbersari Irwanto mengungkapkan, satu hektar lahan kebun miliknya habis. Kebun - kebun itu ditanami beranekaragam tanaman, seperti kopi, kayu sengon, kayu balsa, hingga kapulaga.
"Semuanya habis, lahan saya ada tiga titik. Totalnya ada satu hektar itu, nggak bisa dimanfaatkan semuanya kekubur pasir," ucap Irwanto ditemui MNC Portal saat membersihkan rumahnya.
Menurutnya, tanaman - tanaman itulah ia bergantung menghasilkan pundi - pundi keuangannya. Dari hasil berkebun kopi robustanya saja misalnya, Irwanto mengatakan sekali panen mampu menghasilkan 50 kilogram.
"Biasanya dijual Rp 20 ribu per kilogramnya, sekali panen segitu, biasanya tiga bulan sekali, sampai enam bulan sekali, kalau yang sengon, balsa, dan kapulaga yang cukup besar untungnya," ungkapnya.
Namun pria yang berusia 50 tahun ini enggan mengungkapkan, berapa keuntungan yang diraupnya. Tetapi dikatakan Irwanto, dengan penghasilan beternak dua ekor sapi cukup bisa menghidupi keluarganya.
"Saya punya dua ekor sapi. Tapi semuanya sudah tak jual. Laku Rp 20 juta, jual rugi. Sudah habis semuanya," katanya.
Kepala Desa Supiturang Nurul Yaqin Pribadi mengungkapkan, dari total luas lahan pertanian sebesar 57 hektare di wilayah tersebut, 20 hektare lahan hancur akibat diterjang awan panas guguran (APG) dan material vulkanik. "Total areal persawahan seluas 57 hektare, yang terdampak 20 hektare atau hampir separuhnya," kata Nurul.
Nurul menjelaskan, sebelum terjadi letusan Gunung Semeru tersebut, pada areal persawahan di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang tersebut, mengalir Sungai Umbulan yang hanya memiliki lebar 1,5 meter.
Namun, akibat terjangan banjir lahar dingin dan material vulkanik saat Gunung Semeru meletus, sungai tersebut tidak lagi terlihat. Material vulkanik menyebabkan adanya aliran lahar dingin dengan lebar hingga ratusan meter.
"Di situ ada sungai, tapi tidak lebar, hanya sekitar 1,5 meter. Itu sungai Umbulan. Setelah dialiri lahar jadi besar, lebarnya kini mencapai ratusan meter," katanya.
Ia menambahkan, lahan pertanian seluas 20 hektare yang rusak tersebut, seluruhnya memiliki sertifikat tanah. Ada kurang lebih 50 orang yang memiliki areal tersebut. Ke depan, para pemilik lahan itu berkeinginan untuk tetap bisa mengelola material vulkanik pada bekas lahan pertanian.
"Ke depan, saat sudah dingin, akan dikelola oleh masyarakat. Itu keinginan mereka, supaya bisa mendapatkan hasil atau ada ganti dari yang awalnya lahan pertanian," ujarnya.
Saat ini, pihak Pemerintah Desa Supiturang masih terus melakukan pendataan, terkait dampak kerusakan akibat letusan Gunung Semeru itu. Pendataan akan dilakukan dari rumah ke rumah, termasuk pada tempat-tempat pengungsian yang ada. (TIA)