ECONOMICS

Dalam Dua Tahun, Industri Mamin Jadi Penyumbang PDB Non-migas Terbesar

Iqbal Dwi Purnama 29/10/2021 10:16 WIB

Industri makanan dan minuman (Mamin) tercatat telah memberikan kontribusi sebesar 38,42% terhadap pertumbuhan PDB industri pengolahan non migas.

Dalam Dua Tahun, Industri Mamin Jadi Penyumbang PDB Non-migas Terbesar. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Industri makanan dan minuman (Mamin) tercatat telah memberikan kontribusi sebesar 38,42% terhadap pertumbuhan PDB industri pengolahan non migas. Hal itu terekam dalam catatan Kementerian Perindustrian pada Kuartal II-2021.

Plt. Direktur Jendral Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan kenaikan jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan dua tahun kebelakang. Pada 2020 kontribusi PDB industri mamin pada pengolahan non migas yaitu 38,29%, sedangkan tahun 2019 setok tersebut hanya tumbuh 36,40%.

"Industri mamin terbukti menjadi salah satu sektor unggulan karena memiliki kinerja yang gemilang. Pada kuartal II tahun 2021, industri mamin berkontribusi sebesar 38,42% terhadap pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas, kami sangat mengapresiasi atas capaian dari industri mamin ini karena di tengah hantaman yang cukup berat akibat dampak pandemi,” ujar Putu Juli, pada keterangan tertulisnya, Jumat (29/10/2021).

Melihat kenaikan tersebut Kemenperin bertekad untuk menjaga ketersediaan bahan baku bagi industri mamin agar mereka terus berproduksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

“Pemerintah juga telah memberikan sejumlah stimulus atau insentif kepada para pelaku industri agar bisa mempertahankan usahanya dan terus meningkatkan kinerjanya,” lanjut Putu.

Dalam kontribusinya terhadap ekspor industri pengolahan nonmigas, industri mamin mempunyai peranan yang sangat penting. Pada tahun 2020, total nilai ekspor industri mamin sebesar USD31,17 miliar,lebih tinggi dibanding tahun 2019 yang mencapai USD27,36 miliar.Sementara itu, pada periode semester I tahun 2021, nilai ekspor industri mamin telah menembus USD19,59 miliar.

“Ini membuktikan bahwa produk mamin Indonesia banyak diminati oleh konsumen global. Hal ini tidak terlepas juga dari penggunaan digitalisasi yang akhirnya menghasilkan produk-produk berkualitas, dengan mampu memenuhi standar internasional,” sambungnya.

Putu optimistis, sesuai target dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, industri mamin nasional bisa menjadi pemain utama di kawasan ASEAN. Guna mencapai sasaran tersebut, diperlukan beberapa langkah strategis seperti mengurangi ketergantungan impor bahan produk agrikultural, membangun kemampuan industri mamin dalam mengemas produk yang simple dan aman, serta menguatkan kemampuan di pasar dunia dengan target menjadi pelaku utama ekspor lima besar dunia.

“Oleh karena itu, Kemenperin terus melakukan upaya-upaya strategis untuk mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas industri mamin nasional agar mampu berkompetisi di tingkat global. Salah satu langkahnya adalah dengan mendorong penerapan teknologi industri 4.0 di sektor tersebut, mulai dari tahap desain produk hingga distribusi,” pungkasnya. (TYO)

SHARE