Decoupling Jadi Masalah yang Hantui Sektor Komoditas Saat Ini
Sudah mulai ada tanda-tanda decoupling atau hubungan yang tidak sejalan sebagaimana mestinya pada sektor komoditas.
IDXChannel - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira melihat ada decoupling antara harga komoditas dengan pergerakan kargo internasional. Menurutnya, itu menjadi salah satu tantangan terbesar sektor komoditas Indonesia saat ini.
"Saya lihat sudah mulai ada tanda-tanda decoupling atau hubungan yang tidak sejalan sebagaimana mestinya pada sektor komoditas. Contohnya, harga pengiriman kargo internasional dengan harga batu bara. Harusnya ini in-line. Kalo harga batu bara naik, maka kargo internasionalnya atau baltic dry index juga mengalami kenaikan, namun kenyataannya tidak," kata Bhima saat jadi pembicara di acara Workshop Jurnalisme Ekonomi Celios Jelang KTT G20, Yogyakarta, Sabtu (29/10/2022).
Tak hanya itu, decoupling lainnya adalah harga minyak mentah dengan Crude Palm Oil/CPO. Dia menyebut, ketika harga minyak mentah masih USD 90 per barrel, namun harga CPO justru tidak terkendali.
"Jadi kalau kita lihat dari tabel harga komoditas, ada yang mulai disconnecting. Biasanya minyak mentah naik maka CPO juga naik, karena CPO kan dijadikan alternatif biodiesel," ujar Bhima.
Melihat keadaan seperti ini, Bhima menilai Indonesia tidak bisa menari di atas penderitaan negara lain. Karena realitanya, saat Indonesia bisa memproduksi CPO sendiri, tapi justru harga CPO dalam negeri ikut anjlok.
"Dulu kasus di bulan Februari sampai Maret itu, harga minyak goreng mahal karena harga CPO internasional tinggi. Sekarang yang terjadi adalah harga CPO turun tapi petani nangis karena tandan buah segar anjlok padahal minyak mentahnya masih dalam posisi yang cukup tinggi," paparnya.
Maka dari itu, Bhima menyampaikan, pemerintah tidak bisa diam melihat keadaan seperti ini. Sebab, jika dibiarkan akan merugikan banyak pihak. (NIA)