Dipicu Angka Inflasi, Harga Minyak Mentah Tertekan
Naiknya inflasi di Amerika Serikat sukses menekan harga minyak mentah/crude oil dunia. Kondisi ini memicu kekhawatiran pasar atas langkah the Fed ke depan.
IDXChannel - Naiknya inflasi di Amerika Serikat sukses menekan harga minyak mentah/crude oil dunia. Kondisi ini memicu kekhawatiran pasar atas tindakan the Fed untuk menaikkan suku bunga yang agresif.
Minyak mentah Brent turun -0,95%, menjadi USD90,54 per barel pada pukul 13:37 WIB, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS koreksi -0,73%, menjadi USD89,22 per barel.
Penurunan harga acuan minyak ini juga sejalan untuk penurunan mingguan pertama mereka setelah naik tujuh pekan berturut-turut menuju level tertingginya.
"Angka inflasi kemarin kemungkinan memberi lebih banyak tekanan pada Federal Reserve untuk bertindak lebih agresif dengan menaikkan suku bunga. Ekspektasi ini agak membebani minyak dan komoditas lain yang lebih luas," kata Analis Komoditas ING, Warren Patterson, dilansir Reuters, Jumat (11/2/2022).
Sebelumnya, pejabat Federal Reserve St. Louis James Bullard mengharapkan ada kenaikan penuh suku bunga pada 1 Juli mendatang, menyusul rilis data inflasi AS yang mengalami kenaikan tahunan terbesar dalam 40 tahun.
Pasar juga masih menanti pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, yang dilanjutkan minggu ini setelah jeda selama 10 hari. Kesepakatan ini dapat memungkinkan adanya pencabutan sanksi terhadap minyak Iran, yang secara otomatis akan menambah pasokan di tingkat global.
"Selain itu, pembicaraan nuklir Iran tampaknya mengalami kemajuan, yang merupakan faktor lain yang bakal menahan harga," lanjutnya.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pembicaraan telah "mencapai titik yang mendesak," dan bahwa "kesepakatan untuk membahas masalah inti dari semua pihak sudah di depan mata."
"Reli harga minyak mentah akhirnya kehabisan tenaga karena optimisme tumbuh dari pembicaraan kesepakatan nuklir Iran menuju ke arah yang benar dan ketika dolar menguat karena pasar uang mulai mempertimbangkan kenaikan suku bunga Fed," kata Analis OANDA, Edward Moya,
"Pasar minyak masih sangat ketat, tetapi relinya sudah berakhir. Jika dolar terus menguat, harga minyak bisa terus turun lebih jauh," pungkasnya. (TYO)