ECONOMICS

Diresmikan Jokowi, Ini Cerita Proyek Smelter Freeport di Gresik

Suparjo Ramalan 12/10/2021 15:36 WIB

Kepala negara baru saja meresmikan fasilitas pemurnian atau smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Diresmikan Jokowi, Ini Cerita Proyek Smelter Freeport di Gresik. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kepala negara baru saja meresmikan fasilitas pemurnian atau smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Gresik, Jawa Timur, menjadi kebanggaan bagi pemerintah Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) sebagai tanda dimulainya pembangunan smelter, Selasa (12/10/2021). Tak hanya Kepala Negara yang meyakini smelter di Gresik semakin memperkuat hilirisasi industri dan menjadi daya tarik bagi industri lain, khususnya industri turunan tembaga untuk ikut berinvestasi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun mencatat, fasilitas peleburan itu menjadi smelter single line terbesar di dunia. Sebab, memiliki kapasitas desain hingga 1,7 juta ton konsentrat per tahun. Untuk produksi mencapai 600.000 copper. 

Saat ini, terjadi lonjakan permintaan (supercycle) dengan nilai copper berada di kisaran 9.400 dolar AS per ton.

“Ini adalah single line terbesar di dunia dan produksinya 600.000 copper. Nilai copper sekarang lagi supercycle 9.400 dolar AS per ton. Jadi investasi yang Rp 42 triliun atau 3,5 miliar dolar AS, revenue dari copper saja 5,4 miliar dolar AS,” ujar Airlangga, saat groundbreaking smelter Freeport Indonesia Selasa (12/10/2021).

Bahkan, Menteri BUMN Erick Thohir mencatat smelter di Gresik dapat menghasilkan rata-rata 35 ton emas per tahun yang nilai transaksinya mencapai Rp 30 triliun. Pasalnya, smelter dapat memfasilitasi pemurnian logam berharga, menghasilkan emas, perak, hingga logam berharga lainnya.

Meski perkiraan pemerintah yang cukup menggembirakan dengan keberadaan smelter milik Freeport Indonesia itu, tercatat wadah pemurnian tembaga sempat menjadi tarik ulur di awal rencana pembangunanya. 

Pada Oktober 2020 lalu, CEO Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc (FCX), Richard C Adkerson menilai pembangunan smelter di Gresik tidak cukup menguntungkan secara bisnis. Bahkan, dia sempat meminta agar pemerintah membatalkan rencana pembangunannya. 

Dia pun membuka opsi agar Freeport mengambil langkah mengembangkan smelter eksisting, tanpa perlu membangun smelter baru. 

Merespon keinginan PTFI tersebut, pemerintah melalui Kementerian ESDM menegaskan pembangun smelter tembaga baru sesuai dengan Undang-Undang Mineral dan Batubara (Minerba) dan kewajiban dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang dikantongi PTFI sejak Desember 2018.

Pemerintah menilai peningkatan kapasitas smelter eksisting memang cukup tepat. Namun, langkah tersebut tak lantas menggugurkan kewajiban perusahaan untuk membangun smelter baru.

Di lain sisi, tarik ulur juga terjadi pada penentuan lokasi smelter. Semula, ada dua opsi lokasi untuk pembangunan pabrik pemurnian yang diberikan pemerintah. Opsi pertama, Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi sebesar Rp 42 triliun.

Kedua, di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara. Freeport dapat menggandeng perusahaan smelter kawasan tersebut yakni Tsingshan Steel asal Tiongkok untuk membangun smelter dengan nilai investasi yang diperkirakan hanya sebesar Rp 25,5 triliun.

Pada akhirnya, pemerintah dan PTFI menetapkan Gresik sebagai titik pembangunan smelter baru. Alasannya, proses penetapan lokasi sudah berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan perusahaan. (TYO)

SHARE