ECONOMICS

DPR Semprot Kinerja Bulog: Produksi Beras Surplus, tapi Impor Terus

Iqbal Dwi Purnama 16/01/2023 13:34 WIB

DPR menilai kinerja BUMN Pangan, Bulog kurang baik dalam hal pemenuhan cadangan beras pemerintah karena selalu impor ketimbang menyerap produksi petani.

DPR Semprot Kinerja Bulog: Produksi Beras Surplus, tapi Impor Terus. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Ketua Komisi IV DPR, Sudin menilai kinerja BUMN Pangan, Bulog kurang baik dalam hal pemenuhan cadangan beras pemerintah. Pasalnya, kerap menggunakan jalur impor ketimbang menyerap produksi petani.

Padahal menurut Sudin, setiap tahun produksi beras di Indonesia selalu mengalami surplus, akan tetapi impor beras tidak terelakan setiap tahunnya. Hal itu praktis merugikan petani, sebab akan berdampak pada pembentukan harga beras yang ada di pasar

"Saya sudah mengingatkan Bulog, untuk serap gabah atau beras pada saat musim panen, karena saya lihat kinerja Direktur Pengadaan juga kurang bagus, jelek sekali kinerjanya. Kalau perlu diganti, ganti pak Buwas (Budi Waseso)," ujar Sudin dalan Raker bersama Kementan dan Perum Bulog, Senin (16/1/2023).

Lebih lanjut Sudin memaparkan, data tentang surplus beras, jika melihat setidaknya 4 tahun ke belakang, pada 2019, produktivitas padi surplus 2,38 juta ton, dan melakukan impor sebanyak 444.508 ton. Sedangkan pada 2020, produktivitas padi juga surplus, 2,13 juta ton dan melakukan impor 356.286 ton.

Kemudian pada 2021, produksi padi juga surplus 1,31 juta ton, dan tetap melakukan impor sebanyak 407.741 ton. Pada 2022, produksi padi kembali surplus 1,74 juta ton dan impor juga dilakukan sebanyak 501.700 ton.

"Saya sampai tanya ke pakar-pakar yang S3, cuma saya waktu itu nanya S7 tidak ada, surplus apa sih pengertiannya, surplus itu kan lebih," kata Sudin.

Bahkan berdasarkan data dari Direktorat Jendral Tanaman Pangan Kementan, khusus produktivitas beras sejak 2015 hingga 2022, sebetulnya selalu surplus, akan tetapi untuk memenuhi cadangan berasnya, Bulog tetap menggunakan impor.

"Tahun 2019, surplusnya 2,38 juta ton, tahun selanjutnya juga surplus, kalau surplus kok harus ada impor?" pungkas Sudin.

(FAY)

SHARE