ECONOMICS

Ekspor CPO Dilarang, Sales Minyak Goreng Serbu Toko Kelontong

Advenia Elisabeth/MPI 26/04/2022 14:47 WIB

Setelah pemerintah mengumumkan pelarangan ekspor minyak sawit mentah/CPO dan minyak goreng, sejumlah toko sembako dan kelontong kini diserbu para sales.

Ekspor CPO Dilarang, Sales Minyak Goreng Serbu Toko Kelontong. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Setelah pemerintah mengumumkan pelarangan ekspor minyak sawit mentah/CPO dan minyak goreng, sejumlah toko sembako dan kelontong kini diserbu para sales minyak goreng. Padahal, mereka justru tidak pernah datang saat larangan belum berlaku.

“Sales sekarang banyak mendatangi toko-toko di pasar ini, nawarin minyak goreng. Kemarin ngumpet. Cuma harga yang mereka tawarkan masih tinggi. Nggak kaya sebelumnya, murah,” kata Tiara, Pedagang Sembako di Pasar Tambun, Bekasi, Selasa (26/4/2022).

Adapun harga yang ditawarkan sales, untuk satu karton dibanderol di kisaran Rp265-275 ribu. Tiara sebut, harga itu terbilang sangat mahal. Ahasil ia menjualnya Rp46 ribu untuk ukuran 2 liter, sedangkan yang 1 liter dijual Rp24-25ribu tergantung merek.

“Macam-macam sales datang ke sini. Tawarin barangnya ke kita, tapi ya gitu, mahal,” jelasnya.

Karena mahal, Tiara menurunkan kuantitas minyak goreng agar tidak merugi. Disebutnya, dulu ia membeli minyak goreng curah bisa 15 karton, namun semenjak mahal, dia hanya membeli 5 karton.

“Dulu saya bisa ambil 15 dus, tapi sekarang saya cuma beli 5 dus. Nggak dibatasin kok sama salesnya. Tapi karena masih mahal saya nggak ambil banyak. Karena pembeli tuh tahunya minyak udah murah. Padahal di sales tuh masih mahal. Saya beli 5 dus minyak goreng saja habisnya lama. Bisa seminggu atau dua minggu baru habis terjual,” ungkapnya.

Di sisi lain, kata dia, pembeli hanya tahu harga minyak goreng sudah murah. Padahal realita di lapangan harganya masih mahal. 

“Realita di lapangan harganya masih mahal. Makanya saya nggak berani nyetok minyak goreng kemasan,” imbuhnya. 

Soal daya beli masyarakat, Tiara bilang, jelang Idulfitri justru menurun. Padahal seharusnya momen ini bisa dijadikan momentum menjualkan minyak goreng ke konsumen. 

“Sekarang orang datang, nanya harga minyak goreng, ketika tau harganya mahal, mereka nggak berani beli. Jadi penjualan minyak goreng menurun, pembelinya pergi,” bebernya. 

Ia menambahkan, imbas dari naiknya harga minyak goreng ini berdampak pada penjualan lainnya seperti kerupuk dan kacang-kacangan. Sebab, kata Tiara, pembeli yang datang membeli minyak goreng pasti membeli barang pangan lain. 

“Sampai mengganggu dagangan lainnya. Seperti kerupuk, kacang, yang di mana pembeli biasanya kalo beli minyak goreng pasti beli lainnya juga. Tapi karena nggak beli minyak, kerupuk dan kacang-kacangan jadi jarang dibeli orang. Jadi ngefek ngaruh banget kemana-mana,” pungkasnya. (TYO)

SHARE