Ekspor CPO Melonjak Bikin Minyak Goreng Langka, Pemkot Malang Protes ke Pemerintah Pusat
Pemerintah Kota Malang menilai, penyebab melambungnya harga minyak goreng dan langka adalah derasnya ekspor Crude Palm Oil (CPO).
IDXChannel - Pemerintah Kota Malang menilai, penyebab melambungnya harga minyak goreng dan langka adalah derasnya ekspor Crude Palm Oil (CPO).
"Karena kalau minyak goreng kelangkaan, barangnya lebih mahal di pasar internasional ketimbang di lokal. Sehingga banyak yang dikeluarkan (ke luar negeri), sehingga ketersediaan di daerah ini gimana," ujar Wali Kota Malang Sutiaji, usai meninjau ketersediaan bahan pangan, pada Senin siang.
Pihaknya telah menyampaikan protes ke pemerintah pusat agar minyak goreng tidak dijual ke luar negeri, selagi stoknya di dalam negeri menipis. "Karena minyak kebijakannya ini kita sudah protes, dari daerah untuk ke pusat coba ditekan untuk ekspornya," ungkapnya.
Pria kelahiran Lamongan ini menambahkan, bila pemerintah daerah sifatnya menunggu kebijakan yang diputuskan pemerintah pusat, salah satunya mengenai kebijakan mengontrol harga dan ketersediaan stok minyak goreng.
"Kalau kami di daerah sifatnya menunggu, kami hanya informasikan ke pusat. Justru sudah berkali - kali kami sampaikan negara harus hadir. Sesungguhnya sudah saya sampaikan beberapa tahun lalu. Negara hadir ini caranya Bulog-lah yang jadi pemandu semuanya," terang dia.
"Ketika dijual di pasaran itu tetap harga murah sesuai keterjangkauan masyarakat, subsidinya disitu. Kalau itu udah dilakukan saya kira tidak ada yang namanya inflasi. Kita naik dan seterusnya, karena subsidinya subsidi pasar, bukan per orangan," tambahnya.
Sutiaji menyinggung peran negara yang kalah dari para pelaku usaha dalam mengontrol stok dan harga minyak goreng. Ia berharap negara bisa memutuskan kebijakan untuk mengurangi harga minyak goreng yang mahal.
"Mempengaruhi pasar itu negara, kita dikuasai pasar, negara dikuasai atau dipengaruhi pemain - pemain, kalau negara hadir mestinya beli ke produsen, setelah itu diberikan pasar harganya standar harga murah.
Saya kira ini yg namanya minyak nggak sampai berlarut - larut. Dan Semua orang butuh minyak," paparnya.
"Maka saya mohon minyak ini ya tidak sampai (langka dan mahal) pengendalian kita itu. Kalau diekspor devisa naik, tapi rakyatnya ambil semakin tinggi," imbuhnya.
Dengan pengontrolan stok di pasaran oleh pemerintah, harga minyak goreng bisa ditekan hingga kembali normal ke harga Rp 14 ribuan. "Sekarang minyak di harga Rp 18 - 20 ribuan, target standarnya kan Rp 13 ribuan," ucap Sutiaji kembali.
Sementara itu Kepala Bulog Cabang Malang Supriyono menyatakan, kelangkaan stok minyak goreng di Kota Malang menjadikan harganya mahal. Hal ini dipengaruhi kebijakan ekspor minyak goreng sampai berdampak pada kekurangan stok di dalam negeri.
"Untuk minyak goreng di drop pusat, cuma di pusat lagi kosong minyak goreng, yang disampaikan Pak Wali, tadi banyak yang diekspor. Jadi yang di dalam negeri kewalahan," ucap Supriyono.
Guna memenuhi permintaan minyak goreng di Kota Malang, Bulog cabang Malang bakal berkomunikasi dengan Bulog daerah lainnya. Mengingat stok minyak goreng di Bulog cabang Malang yang kosong.
"Untuk Malang minyak habis, kita sedang upayakan dari wilayah lain. Barangkali ada stok (minyak goreng) yang lebih, kita minta untuk Malang. Ini kami lagi koordinasi dengan teman - teman di wilayah lain, mungkin masih ada stok digeser ke kami. Ini biasanya untuk Bulog se - Indonesia saling koordinasi," pungkasnya. (RAMA)