Gakoptindo Minta Kementan Edukasi Petani Kedelai Lokal, Ini Alasannya
Pelaku usaha membutuhkan kedelai lokal yang memiliki standarisasi secara warna hingga kandungan gizi.
IDXChannel - Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) meminta Kementerian Pertanian untuk memberikan pelatihan bagi petani kedelai di Indonesia yang menjadi bahan utama usaha mereka.
Pelaku usaha membutuhkan kedelai lokal yang memiliki standarisasi secara warna hingga kandungan gizi.
Standarisasi merupakan keunggulan kedelai impor sehingga lebih dipilih dibandingkan lokal. "Kami mengharapkan Kementerian Pertanian memberikan pengetahuan kepada petani kedelai lokal. Khususnya tata cara petani kedelai di Amerika Serikat dan Kanada, khususnya Chicago," ujar Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifudin dalam live IDX Channel di Jakarta (18/1/2022).
Dia mengatakan kualitas kedelai lokal sangat jauh berbeda dengan impor. Karena dengan harga yang lebih tinggi namun isinya masih tercampur dengan ranting, daun, hingga tanah. Ini tentu saja membutuhkan proses tambahan yang merugikan pengusaha tahu tempe.
"Kami hanya berani beli kedelai lokal di harga Rp 6.500 hingga Rp 7.000 karena masih harus dijemur segala macam," ujarnya.
Dirinya mencontohkan kedelai di Amerika Serikat, untuk satu hektar bisa menghasilkan empat ton. Kalau di Indonesia karena masih tradisional, satu hektar hanya menghasilkan 1,5 ton, maksimal dua ton.
Kemudian dia juga mengeluhkan semakin turunnya kontribusi kedelai lokal pada produksi tahu dan tempe nasional. Penurunan yang konsisten terjadi dalam setidaknya tiga tahun terakhir, dari yang awalnya 500.000 ton kini menjadi 300.000 ton.
"Walaupun masih untung, kedelainya tetap ada walaupun lebih mahal. Kedelainya tetap ada sehingga masih tetap bisa berproduksi," jelasnya.
(SANDY)