ECONOMICS

Gubernur BI Sebut Ekonomi Indonesia Stagnan Imbas Pertumbuhan Global Melambat

Anggie Ariesta 05/06/2024 13:23 WIB

Gubernur BI menyebut ada lima risiko utama yang akan dihadapi Indonesia pada 2025. Salah satunya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan.

Gubernur BI Sebut Ekonomi Indonesia Stagnan Imbas Pertumbuhan Global Melambat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut ada lima risiko utama yang akan dihadapi Indonesia pada 2025. Salah satunya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan.

Perry menyebut ekonomi Indonesia stagnan berdasarkan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2025 yang menargetkan di 5,1-5,5% yoy karena pertumbuhan ekonomi global melambat.

"Tidak hanya stagnannya tapi juga negara-negara mitra dagang utama kita pertumbuhannya juga melambat, seperti Amerika akan melambat dari tahun ini 2,5% sampai 1,9%," kata Perry dalam Rapat Kerja Komisi XI dengan pemerintah, Rabu (5/6/2024).

Perry melanjutkan China dari 4,7% ke 4,1%. Jepang agak lebih baik tetapi negeri Sakura itu di 0,9-1,1%.

"Tapi yang menjadi suatu harapan adalah 6,6% dari India. Intinya apa? kondisi pertumbuhan ekonomi global ini tentu saja akan berpengaruh sumber-sumber pertumbuhan dari ekspor yang memerlukan suatu kerja keras supaya menjadi pendukung pertumbuhan," jelas Perry.

Selain pertumbuhan ekonomi, harga komoditas juga berdampak pada inflasi global yang turunnya sangat lambat. Tentunya, menurut Perry ini juga berdampak bagaimana Indonesia mengendalikan inflasi di dalam negeri yang berkaitan dengan harga minyak dan pangan.

Kemudian berkaitan dengan suku bunga AS atau Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan BI baru akan turun pada akhir tahun ini sekitar 25 basis poin dan sekitar 50 basis poin pada semester I 2025.

"Dari kemungkinan FFR di tahun depan, itu masih berkisar 4,75% dan ini berdampak juga suku bunga yield pemerintah Amerika Serikat yang tinggi, dan itu akan berdampak kepada financing dari APBN kita," ungkap Perry.

Perry juga mengungkapkan nilai tukar dolar AS yang kuat dan masih berdampak kepada tekanan-tekanan dari nilai tukar dunia termasuk rupiah.

Terakhir, risiko global dan geopolitik yang tinggi berdampak pada arus modal yang terus masuk untuk stabilitas kita.

"Inilah lima hal yang berpengaruh pada Asumsi Makro yang kita sampaikan yaitu pertumbuhan (ekonomi), nilai tukar dan inflasi," pungkasnya.

Komisi XI menggelar Raker bersama dengan Menteri Keuangan RI, Menteri PPN, Gubernur Bank Indonesia, Dewan Komisioner OJK, dan Rapat Dengar Pendapat dengan Plt. Kepala BPS, terkait Pembahasan Asumsi Dasar dalam Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2025.

(FRI)

SHARE