ECONOMICS

Harga Minyak RI Diusulkan USD85 per Barel di APBN Prabowo-Gibran

Atikah Umiyani/MPI 05/06/2024 15:38 WIB

Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengusulkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar hingga USD85 per barel di RAPBN 2025.

Harga Minyak RI Diusulkan USD85 per Barel di APBN Prabowo-Gibran (foto atikah)

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengusulkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2025 sebesar USD75 sampai USD85 per barel.

Arifin menerangkan, hal ini didasari atas realisasi rata-rata ICP sampai dengan Mei 2024 sebesar USD81,67 per barel dan cenderung turun. 

Selain itu, usulan besaran ICP ini juga berdasarkan proyeksi Polling Reuters dan Short Term Energy Outlook dari United State-Energy Information Administration-Department of Energy, harga minyak dunia pada 2025 yang diperkirakan pada kisaran USD80,46 sampai 87,79 per barel.

"Selain itu, faktor lain yang memengaruhi harga minyak antara lain kesepakatan perjanjian pembatasan produksi minyak dari negara-negara OPEC+ (sekira 40% produksi minyak dunia); Penguatan nilai tukar USD terhadap beberapa mata uang, termasuk Rupiah; serta ketegangan politik di dua kawasan yakni Eropa Timur, dan Timur Tengah," tuturnya dalam Raker bersama Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (5/6).

Sebelumnya, Menteri ESDM menetapkan Harga Rata-Rata Minyak Mentah (Indonesian Crude Price/ICP) Mei 2024 sebesar USD79,78 per barel. Angka ini menurun dari ICP April 2024 yang tercatat sebesar USD87,61.

Penetapan dilakukan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 261.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Mei 2024 tanggal 3 Juni 2024.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi mengatakan, penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional dipengaruhi oleh berkurangnya Premium Risk atas faktor geopolitik. Hal ini seiring dengan memudarnya kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan tidak terganggunya pasokan minyak mentah global.

"Beberapa faktor lainnya adalah tingginya suku bunga dan inflasi yang menekan permintaan konsumen dan industri, terutama di Eropa, pada saat pasokan meningkat dari produsen non-OPEC seperti Amerika Serikat," ujar Agus.

Di samping itu, kata dia, OPEC merevisi turun proyeksi peningkatan minyak dunia kuartal II-2024 pada publikasi Mei 2024 dibandingkan bulan sebelumnya untuk kuartal II-2024 sebesar 0,08 juta barel per hari, menjadi 103,75 juta barel per hari.

Faktor lain yang menyebabkan penurunan harga minyak mintah Mei 2024 adalah akibat ketidakpastian perekonomian Amerika Serikat, yang dipicu penundaan penurunan tingkat suku bunga sentral Amerika Serikat untuk meredam inflasi.

Menurutnya, hal itu menimbulkan kekhawatiran pasar akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, dan berpotensi menurunkan permintaan minyak mentah Amerika Serikat.

"Terdapat pula kekhawatiran pasar akan keseimbangan supply-demand menyusul rencana Departemen Energi AS untuk mengeluarkan 10 juta barel cadangan gasoil di musim panas, yang juga mempengaruhi penurunan harga minyak mentah. Menguatnya nilai tukar dolar AS terdapat mata uang lain juga menyebabkan penurunan harga," terang Agus.

Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, lanjut Agus, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh berkurangnya volume minyak mentah yang diproses oleh sejumlah kilang di Asia. Seiring merosotnya marjin penjualan diesel akibat peningkatan pasokan produk dari kilang-kilang baru, dan cuaca yang sejuk di belahan bumi bagian utara.

Selain itu, penurunan crude oil throughput Korea Selatan akibat kebakaran di kilang Daesan sebesar 3,6% dan penurunan crude oil throughput Singapura akibat aktifitas maintenance di kilang-kilang milik ExxonMobil sebesar 7,3%, bila dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya.

Kemudian, terdapat penurunan konsumsi gasoil di China selama bulan April 2024 sebesar 4,41% menjadi 16,51 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya, seiring peningkatan penggunaan kendaraan listrik.

(FAY)

SHARE