Harga Sawit Masih Belum Stabil Pasca Dicabut Larangan Ekspor CPO
Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di level petani plasma rata-rata tertinggi berkisar Rp2.150/ kg dan terendah Rp 1.600/kg.
IDXChannel - Sekretaris Jendral Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto mengungkapkan harga sawit masih belum stabil pasca dicabutnya larangan ekspor crude palm oil (CPO) oleh pemerintah.
Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di level petani plasma rata-rata tertinggi berkisar Rp2.150/ kg dan terendah Rp 1.600/kg.
"Walaupun terjadi perbedaan harga antara petani plasma dan swadaya dengan selisih harga 20%, namun kita berharap harga sawit kembali bagus sehinga dapat meningkatkan kesejahteraan para petani sawit dan keluarga," ujar Darto kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (9/8/2022).
Dia pun menghimbau para petani rajin merawat kebun untuk meningkatkan kualitas perkebunan dan mendorong pemerintah daerah memfasilitasi pembangunan kelembagaan petani sawit swadaya, sehingga dapat bermitra dengan pabrik dalam penyediaan bahan baku.
"Dengan begitu, perbedaan harga TBS antara petani plasma dan swadaya tidak terlalu jauh," jelasnya.
Fluktuasi harga TBS, kata Darto, sangat rentan terjadi di sektor kelapa sawit. Sebab, sawit tergantung pada pasar dan dominan diekspor.
Jika terjadi masalah di arena pasar, maka akan berdampak ke harga TBS. Ini adalah resiko komoditas ekspor. Namun, bagaimanapun, menurut Darto, para petani sudah mengelola sawit luas sehingga harga TBS petani tetap harus dijaga sehingga bisa memberikan kesejahteraan bagi para petani.
"Ini yang mesti dijelaskan kepada para petani sawit oleh pemerintah dengan tidak menjanjikan target harga TBS. Namun pemerintah tetap diminta untuk melakukan stabilitasi pasar sawit dengan mendorong dan mempercepat kelapa sawit berkelanjutan agar sawit Indonesia tetap memiliki prospek positif di level global," ungkapnya.
Adapun selama harga tidak stabil, Darto meminta pemerintah dapat mendistribusi pupuk murah kepada para petani di daerah. Menurut dia, para petani masih mendapatkan harga pupuk yang mahal.
"Pupuk masih mahal, berkisar Rp700 ribu sampai Rp800 ribu/sak," tegas Darto.