ECONOMICS

Heboh Shopee PHK Karyawan, Begini ‘Medan Tempur’ E-Commerce Tanah Air

Maulina Ulfa - Riset 20/09/2022 16:03 WIB

Pandemi Covid-19 seolah menjadi berkah buat platform perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia.

Heboh Shopee PHK Karyawan, Begini ‘Medan Tempur’ E-Commerce Tanah Air. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Shopee Indonesia melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 3 persen karyawan. Keputusan ini disebut sebagai bagian dari langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan.

Head of Public Affairs Shopee Indonesia, Radynal Nataprawira menjelaskan, dengan berat hati, Shopee Indonesia harus melepas sejumlah karyawannya. Keputusan ini merupakan langkah terakhir yang harus ditempuh, setelah melakukan penyesuaian melalui beberapa perubahan kebijakan bisnis.

“Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit,” katanya dalam keterangan resmi perusahaan, Senin (19/9/2022).

Ramai PHK karyawan Shopee ini membuat public penasaran dengan kondisi bisnis e-commerce atau marketplace di Indonesia. Ekosistem belanja digital ini menjadi primadona semenjak kecanggihan teknologi komunikasi semakin berkembang. Lalu bagaimana sebenarnya kondisi marketplace Tanah Air?

Moncer Saat Pandemi, Bagaimana Prospek ke Depan?

Pandemi Covid-19 seolah menjadi berkah buat platform perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia. Pasalnya terjadi peningkatan penjualan yang cukup signifikan akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial atau lockdown dari pemerintah.

Menurut hasil riset  Temasek, Google, serta Bain & Company dalam laporan berjudul e-Conomy SEA 2021, perdagangan e-commerce di Indonesia pada 2021 diperkirakan mencapai US$ 53 miliar atau moncer 52% year on year (yoy) dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$ 35 miliar. 

Laporan e-Conomy SEA 2021 juga menyebutkan bahwa Indonesia menyambut 21 juta pengguna baru layanan online selama pandemi. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) juga mencatat jumlah transaksi di e-commerce meningkat hampir dua kali lipat. Di tengah pandemi virus corona terjadi peningkatan transaksi dari 80 juta transaksi pada 2019 menjadi 140 juta transaksi hingga Agustus 2020.

Kondisi ini juga tidak terlepas dari perkembangan ekosisitem start-up Indonesia yang bertumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Kemunculan Gojek sebagai unicorn pertama semakin memperkuat ekosistem start-up, termasuk persaingan e-commerce.

E-commerce asli Indonesia, Tokopedia juga berhasil menyandang status Unicorn di tahun 2017 setelah mendapat pendanaan dari Alibaba Group sebesar US$ 1,1 miliar. Berdasarkan data CBInsights, di akhir 2018 Tokopedia tercatat memiliki valuasi hingga US$ 7 miliar atau sekitar Rp 102 triliun.                                                   

Untuk memperluas bisnis, Tokopedia akhirnya memutusakan untuk melakukan merger dengan Gojek di tahun 2021 dan melahirkan GoTo. Mengutip dari laporan CBInsight, startup dengan CEO Andre Soelistyo ini meraup valuasi mencapai Rp 256,55 triliun. 

Menurut report ReedSher, pasar e-commerce Indonesia adalah salah satu yang paling cepat berkembang secara global dan menguasai lebih dari setengah pasar e-commerce Asia Tenggara.

Pangsa pasar e-commerce Indonesia diperkirakan akan mencapai US$ 137,5 miliar di tahun 2025. Angka ini terus melesat dibanding tahun 2020 yang hanya mencapai US$ 44,6 miliar.

Menurut analisis RedSeer, pertumbuhan pasar e-commerce di Indonesia ditopang oleh empat hal. Di antaranya ekonomi berbasis konsumsi, demografi yang masih muda, ekonomi digital yang bertumbuh, dan keinginan konsumen yang ingin segalanya serba mudah. (Lihat tabel di bawah ini)

Di sisi lain, menurut laporan Startup Report 2021-2022Q1 DS Innovate, Shopee dan Tokopedia mendapatkan awareness tertinggi di antara marketplace di Indonesia. Masing-masing punya popularitas 99% dan 96% berdasarkan hasil survei yang dilakukan DS Innovate.

Adapun di platform Lazada keterkenalannya mencpai 94%, Bukalapak 93%, dan Blibli 88%). Posisi ini menempatkan marketplace tersebut menjadi e-commerce lima besar teratas di Indonesia. (Lihat tabel di bawah ini)

Dengan mengacu kondisi di atas, sepertinya sektor e-commerce masih akan baik-baik saja di tengah kondisi perekonomian yang terancam ketidakpastian global. Terbukti sektor ini bisa bertahan selama badai Covid-19. Kini, mengacu pada kondisi global yang diramalkan akan memasuki resesi 2023, sektor e-commerce tidak salah untuk bersiap menghadapi badai selanjutnya. (ADF)

SHARE