Hilirisasi Tembaga Solusi RI Naik Kelas Jadi Negara Maju
Pemerintah terus mendorong realisasi hilirisasi tambang, termasuk komoditas tembaga.
IDXChannel - Pemerintah terus mendorong realisasi hilirisasi tambang, termasuk komoditas tembaga. Pada 2024, smelter besar pengolahan tembaga diharapkan beroperasi sehingga industri-industri penyerap produk hilir tembaga juga perlu dipersiapkan.
RI telah berhasil melakukan hilirisasi untuk komoditas nikel. Setelah nikel, presiden RI Jokowi juga telah mengumumkan larangan ekspor bauksit per Juni tahun ini. Jokowi juga menegaskan aturan yang sama juga akan dilakukan untuk komoditas lain termasuk emas dan tembaga.
Presiden memang belum secara resmi mengumumkan kebijakan terkait pelarangan ekspor bijih tembaga. Namun, dalam acara Mandiri Investment Forum 2023 awal Februari lalu pihaknya telah memberikan sinyal tersebut
"Ini nikel sudah setop. Saya sudah sampaikan lagi, bauksit di Desember kemarin, bauksit setop bulan Juni. Nanti sebentar lagi, mau saya umumkan lagi tembaga setop, tahun ini setop," kata Presiden, dikutip dari Sekretariat Kabinet RI.
Meskipun mendapatkan gugatan dari negara lain, Jokowi tetap tegas akan terus melanjutkan kebijakan hilirisasi pertambangan. Ia meyakini kebijakan tersebut akan membawa Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.
Permintaan Global Diramal Tinggi
Indonesia memiliki cadangan tembaga 10 besar di dunia, artinya Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku tembaga dunia.
Adapun sumberdaya tembaga RI terpantau sebesar 15,9 miliar ton dengan cadangan 3 miliar ton.
Cadangan logam tembaga tersebar di berbagai daerah di Tanah Air dengan sebagian besar terdapat di pulau Papua.
Untuk mendukung hilirisasi tembaga, pemerintah telah menyiapkan operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter. Terdapat dua smelter tembaga yang telah beroperasi, yakni PT Smelting dan PT Batutua Tembaga Raya per November 2022.
Adapun dua smelter lainnya, yaitu PT Amman Mineral Nusa Tenggara dan PT Freeport Indonesia masih dalam tahap konstruksi dengan progress masing-masing 47% dengan target rampung 2024. (Lihat peta di bawah ini.)
PT Smelting telah memproduksi 300 ribu TPY katoda tembaga dengan proses pirometalurgi. Adapun pabrik Batutua memproduksi 15 ribu TPY katoda tembaga.
Strategi percepatan hilirisasi tembaga di antaranya didorong melalui percepatan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga. Selain itu, pemerintah juga mendorong kebijakan yang mendukung pembangunan industri pengolahan dan pemurnian dan pembangunan pabrik pemurnian lumpur anoda.
Prospek permintaan tembaga juga diperkirakan meningkat di masa depan. Menurut International Copper Study Group (ICSG), pasar tembaga global menghadapi ancaman defisit pasokan.
Perkiraan grup tersebut dikeluarkan pada April lalu dengan proyeksi kekurangan pasokan sebesar 114 ribu ton tahun ini setelah sebelumnya mengalami defisit 431 ribu ton pada 2022.
Ketika komite statistik ICSG terakhir kali bertemu pada Oktober tahun lalu, diperkirakan ada pergeseran surplus tahun ini menjadi 155.000 ton.
Sementara Goldman Sachs memperkirakan gelombang pasokan hasil tambang baru akan seret pada tahun ini dan memperingatkan ancaman kehabisan persediaan.
Bank investasi tersebut juga menargetkan kenaikan harga tembaga sebesar 25% tahun ini dengan perkiraan 12 bulan sebesar USD11.000 per ton.
Saat ini, harga tembaga berjangka naik menuju USD3,9 per pon pada Juni, dan memasuki level tertinggi dalam lebih dari satu bulan di tengah pelemahan dolar, meningkatnya kekhawatiran pasokan, dan harapan kenaikan permintaan.
Pelaku pasar utama juga terus menunjukkan kekhawatiran bahwa pasokan tembaga mungkin tidak memenuhi ekspektasi permintaan jangka panjang yang kuat, karena logam ini merupakan bahan baku penting untuk transisi ke sumber daya terbarukan.
Bank investasi Citi memprediksi stok tembaga tidak akan habis pada 2023 per 3 Mei lalu. Citi juga telah menurunkan perkiraan harga untuk tembaga tiga bulan ke depan dari USD8.500 menjadi USD8.000 per ton. (ADF)