IDXChannel - Pemerintah mempertegas ambisi hilirisasi komoditas unggulan sumber daya alam (SDA) Indonesia, salah satunya adalah nikel.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Posisi cadangan nikel Indonesia setara dengan Australia sebesar 22% dari total cadangan dunia.
Di masa depan, nikel RI diyakini berperan penting dalam penyediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan nikel dunia. (Lihat chart di bawah ini.)
Sumber daya nikel di Indonesia tercatat 17,68 miliar ton sementara cadangannya tercatat sebesar 5,2 miliar ton. Cadangan nikel RI ini sebagian besar tersebar di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Saat ini, nikel menjadi fokus utama pemerintah dalam menggenjot hilirisasi sektor ini.
Untuk mendukung hilirisasi nikel, pemerintah gencar mendorong pembangunan smelter atau pabrik pemurnian dan pengolahan nikel.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah akan membatasi pembangunan smelter kelas dua yaitu untuk produk Nickel Pig Iron (NPI) dan Fero Nikel (FeNi).
Ini dilakukan salah satunya karena mempertimbangkan ketersediaan cadangan nikel di Indonesia.
Dalam diskusi Peningkatan Kapasitas Media Sektor Minerba, Rabu (8/3/2023), Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif mengatakan pembahasan terkait rencana pembatasan smelter nikel kelas dua sudah dilakukan antar Kementerian.
Menurut Irwandy, untuk menjadi produk NPI akan membutuhkan bijih nikel sebanyak 160 juta ton. Jika smelter kelas dua beroperasi, kebutuhan bijih nikel sebagai bahan baku akan mencapai kurang lebih 450 juta ton.
"Akibatnya, bisa bayangkan bagaimana cadangan cepat habis kalau eksplorasi dan penemuan baru tidak ada," kata Irwandy.