Data ESDM mencatat, produksi NPI sepanjang 2022 telah mencapai 4,93 juta MT per tahun dan 2,53 juta MT untuk produksi FeNi. Adapun untuk hilirisasi NPI dan FeNi mencapai 7,34 juta MT. (Lihat grafik di bawah ini.)
Data ESDM juga mencatat, pemerintah saat ini telah memiliki 5 smelter eksisting dan 2 smelter rencana untuk pengolahan nikel.
Ke lima smelter itu dioperasikan oleh PT Antam Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia (INCO), PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, PT Wanatiara Persada, dan PT Weda Bay Nickel.
Terdapat dua proyek smelter yang belum selesai di antaranya smelter feronikel Halmahera Timur milik ANTM dan smelter besi milik PT Sebuku Iron Lateritic Ores.
Dalam hal ini, pemerintah juga mempercepat peningkatan, optimalisasi dan efisiensi industri pengolahan dan pemurnian khususnya di sektor nikel.
Menurut Kementerian ESDM, saat ini yang diperlukan oleh sektor nikel RI adalah pembangunan Smelter Hidrometalurgi yang menghasilkan produk untuk bahan baku baterai listrik.
Di antara strategi untuk mewujudkan tujuan ini adalah percepatan pembangunan pabrik hidrometalurgi dan pengembangan pabrik NiSO4 baik dari jalur hidrometalurgi maupun pirometalurgi.
Selanjutnya, pemerintah juga akan memaksimalkan Pemanfaatan Sisa Hasil Pengolahan dan Pemurnian (SHPP) proses pirometalurgi (Slag, Asam Sulfat) maupun hidrometalurgi (Logam Tanah Jarang (LTJ) dan endapan besi).
Pemerintah juga mendorong penguasaan teknologi termasuk Engineering, Procurement, and Construction (EPC) pabrik.
Diperlukan juga pengembangan pasar dan industri domestik Stainless Steel untuk menyerap Produk NPI dan FeNi.
Selain itu, penting untuk meningkatkan eksplorasi untuk cadangan Nikel khususnya Saprolite Ore. (ADF)