ECONOMICS

Incar High Income Country, Indonesia Hadapi Deretan Tantangan Ini

Desi Angriani 16/08/2022 14:22 WIB

Ketua DPR RI Puan Maharani menilai ekonomi Indonesia ke depan akan menghadapi berbagai tantangan yang berat dalam mewujudkan negara berpendapatan tinggi.

Incar High Income Country, Indonesia Hadapi Deretan Tantangan Ini (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketua DPR RI Puan Maharani menilai ekonomi Indonesia ke depan akan menghadapi berbagai tantangan yang berat dalam mewujudkan negara berpendapatan tinggi atau high income country. Hal ini terimbas oleh lonjakan harga komoditas strategis, kerentanan pangan, kerentanan energi dan peningkatan inflasi global, serta ancaman stagflasi.

Ancaman tersebut akan berdampak besar bagi perekonomian nasional, khususnya fiskal dan moneter yang akan memengaruhi investasi, daya beli masyarakat, kemampuan keuangan negara, dan pemulihan ekonomi nasional.

"Selain menghadapi tantangan global, pembangunan nasional kita juga dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam negeri, khususnya pemulihan ekonomi nasional, penyelesaian sejumlah agenda pembangunan yang tertunda, serta berbagai permasalahan struktural dalam pembangunan," kata Puan dalam pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2022–2023, di Kompleks Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Saat ini, lanjutnya, Indonesia berhasil keluar dari lower middle-income country ke upper middle-income country. Dalam menuju High Income Country, postur kemakmuran ekonomi harus berubah dan dirasakan oleh segenap rakyat di seluruh Tanah Air. 

"Kita perlu terus melakukan perubahan struktural, menciptakan tenaga kerja terampil, inovasi teknologi yang ramah lingkungan dan efisien, serta iklim usaha yang kondusif. Dengan jalan ini kita patut optimis menuju High Income Country," terang dia.

Di sisi lain, tren urbanisasi yang semakin berkembang juga harus dimitigasi oleh pemerintah agar tidak mengalami degradasi tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun. Misalnya dengan alih fungsi lahan pertanian demi menopang kemandirian pangan. 

"Risiko kita mengalami defisit pangan akan jauh lebih besar," imbuh dia.

Adapun suplai pangan yang sebagian bertumpu pada impor membawa kerentanan yang serius. Risiko atas pasokan yang berakibat pada kelangkaan stok dan kenaikan harga, serta risiko gejolak kurs mewajibkan kita membayar lebih mahal. Puan menambahkan, supply stock pangan dan energi dunia akibat konflik geopolitik global harus menjadi pelajaran serius kita dalam meningkatkan kemandirian pangan dan ketahanan energy nasional.

"Perlahan kita harus mulai mengurangi kecanduan ekspor komoditas. Kita perlu memperkuat kebijakan investasi yang diarahkan pada menguatnya industri nasional dalam mengelola nilai tambah komoditas ekspor," pungkas dia.

(DES)

SHARE