ECONOMICS

Inflasi Inggris Diklaim Mencapai Puncak, Ini yang Dilakukan Perdana Menteri Truss 

Tim IDXChannel 09/09/2022 06:28 WIB

Kebijakan ini dinilai menghilangkan opsi kenaikan harga energi, sehingga diyakini dapat menghentikan kenaikan inflasi dan mengurangi risiko resesi.

Inflasi Inggris Diklaim Mencapai Puncak, Ini yang Dilakukan Perdana Menteri Truss  (foto: MNC Media)

IDXChannel - Baru dua hari bertugas sebagai Perdana Menteri Inggris terhitung sejak Selasa (6/9/2022) lalu, Liz Truss diketahui telah mengambil sejumlah kebijakan strategis, yang sejauh ini mendapat respon positif di masyarakat.

Salah satu kebijakan yang banjir apresiasi adalah pembekuan tagihan harga energi di masyarakat maksimal sebesar 2.500 poundsterling, atau sekitar Rp42,78 juta per tahun. Kebijakan ini dinilai menghilangkan opsi kenaikan harga energi, sehingga diyakini dapat menghentikan kenaikan inflasi dan mengurangi risiko resesi.

"Membatalkan semua atau sebagian besar tren kenaikan harga (energi) untuk Oktober dan Januari dalam pandangan kami bisa menjadi game changer, karena secara mekanis, itu sama saja inflasi telah mencapai titik puncaknya," ujar Ekonom HSBC, Elizabeth Martins, sebagaimana dilansir The Guardian, Rabu (7/9/2022).

Selain pembekuan harga energi, Truss juga memberikan bantuan ekonomi kepada kelompok keluarga yang dinilai rentan, sehingga dapat memperkuat daya beli, yang berujung pada meningkatnya kembali belanja rumah tangga. Dengan strategi tersebut, geliat perekonomian domestik di Inggris pun dinilai kembali berjalan sesuai harapan.

Melihat dampak positif dari ragam kebijakan yang diambil Perdana Menteri Baru, bursa saham London pun turut ketiban untung, di mana sejumlah perusahaan ritel mengalami kenaikan harga saham cukup signifikan akibat terdorong sentimen positif yang terbentuk di pasar.

Sebut saja saham JD Sports yang ditutup menguat tiga persen di bursa FTSE 100, dan juga perusahaan pengecer pakaian dan alat rumah tangga Next yang melonjak 2,5 persen. Selain itu ada juga bisnis pub dan pengecer makanan seperti Mitchells & Butlers, yang harga sahamnya meningkat lebih dari tujuh persen.

Saham grup pub JD Wetherspoon tercatat naik 4,5 persen, toko roti Greggs dan Domino’s Pizza yang surplus enam persen, serta bisnis ritel pakaian Marks & Spencer, yang sahamnya melambung sebesar lima persen.

Menurut survei Building Society Nationwide, geliat pasar saham terjadi lantaran nilai belanja rata-rata rumah tangga di Inggris menurun sekitar 249 pound dalam sebulan, dibandingkan rata-rata tahun lalu. Namun kalangan analis masih meyakini bahwa tren positif ini masih hanya akan bersifat sementara.

"Kita mungkin berada pada tahap di mana investor mengambil pandangan bahwa saham di pengecer telah oversold," ujar Direktur Investasi Perusahaan Pialang Saham, AJ Bell, Russ Mould, dalam laporan yang sama. (TSA)

Penulis: Ribka Christiana

SHARE