Tim IDXChannel
IDXChannel - Baru saja memulai periode jabatannya sejak Selasa (6/9/2022) lalu, Perdana Menteri baru Inggris, Liz Truss, telah mengambil sejumlah kebijakan strategis. Salah satunya dengan membekukan tagihan harga energi di masyarakat maksimal sebesar 2.500 poundsterling, atau sekitar Rp42,78 juta per tahun.
Kebijakan Truss tersebut oleh sejumlah kalangan dianggap berani dan dapat diandalkan dalam mengatasi lonjakan inflasi di Inggris, yang telah mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Dengan harga energi yang telah dipatok, maka diyakini dapat menghentikan kenaikan inflasi dan mengurangi risiko resesi.
"Membatalkan semua atau sebagian besar tren kenaikan harga (energi) untuk Oktober dan Januari dalam pandangan kami bisa menjadi game changer, karena secara mekanis, itu sama saja inflasi telah mencapai titik puncaknya," ujar Ekonom HSBC, Elizabeth Martins, sebagaimana dilansir The Guardian, Rabu (7/9/2022).
Sementara kebijakan Truss yang lain berupa bantuan untuk ekonomi keluarga yang dinilai rentan juga diapresiasi lantaran dinilai dapat mendongkrak kembali belanja rumah tangga, sehingga perekonomian kembali bergeliat. Kondisi ini menjadi sentimen positif di bursa saham London, di mana sejumlah perusahaan ritel mengalami kenaikan harga saham cukup signifikan.
Misalnya saja JD Sports yang ditutup menguat tiga persen di bursa FTSE 100, dan juga perusahaan pengecer pakaian dan alat rumah tangga Next yang melonjak 2,5 persen. Selain itu ada juga bisnis pub dan pengecer makanan seperti Mitchells & Butlers, yang harga sahamnya meningkat lebih dari tujuh persen.
