ECONOMICS

Inflasi Stagnan, China Kembali Terancam Deflasi

Wahyu Dwi Anggoro 13/10/2023 10:23 WIB

Tingkat inflasi konsumen China secara tak terduga mendatar pada September 2023.

Inflasi Stagnan, China Kembali Terancam Deflasi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Tingkat inflasi konsumen China secara tak terduga mendatar pada September 2023. Ini menunjukkan bahwa pemulihan masih rapuh dan membutuhkan dukungan tambahan.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (13/10/2023), indeks harga konsumen tercatat sebesar 0% atau tidak berubah pada Septmber 2023 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya,

Ini membuat ekonomi China kembali terancam deflasi. Negeri Tirai Bambu sempat mengalami deflasi pada Juli 2023.

Sementara itu, inflasi inti naik 0,8% pada September 2023, sama seperti di bulan sebelumnya. Di sisi lain, indeks harga produsen turun 2,5%, sedikit mereda dibandingkan bulan sebelumnya.

"Data inflasi September di bawah ekspektasi, menunjukkan perjuangan bank sentral melawan deflasi masih panjang," kata Zhaopeng Xing, pakar strategi senior China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. 

"Pemerintah telah mengumumkan ratusan langkah-langkah kontra-siklus untuk meningkatkan permintaan domestik. Namun, kepercayaan konsumen tetap lemah," jelasnya.

Perekonomian China telah menunjukkan tanda-tanda stabilisasi dalam beberapa pekan terakhir, di mana aktivitas pabrik meningkat dan penurunan ekspor berkurang. 

Namun, pemulihan masih menghadapi hambatan dari krisis properti dan memudarnya sentimen. Konsumen China berbelanja lebih sedikit selama periode liburan Golden Week baru-baru ini.

Saham-saham China turun pada awal perdagangan Jumat, dengan Hang Seng China Enterprises Index turun sebanyak 1,9%, mengakhiri kenaikan beruntun selama enam hari. Indeks CSI 300 yang menjadi patokan saham di dalam negeri juga turun hampir 1%.

"Inflasi indeks harga konsumen di level nol mengindikasikan bahwa tekanan deflasi di China masih menjadi risiko nyata bagi perekonomian," kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management. 

"Pemulihan permintaan domestik tidak kuat, tanpa dorongan yang signifikan dari dukungan fiskal," lanjutnya.

Awal minggu ini, Bloomberg News melaporkan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menaikkan defisit anggaran sebagai bagian dari rencana untuk membelanjakan lebih banyak uang di sektor infrastruktur - sebuah bentuk stimulus untuk membantu perekonomian memenuhi target pertumbuhan resmi sekitar 5%.

Para ekonom juga memperkirakan para pembuat kebijakan akan mempertimbangkan langkah-langkah lain sebelum akhir 2023, termasuk pemotongan suku bunga kebijakan. Namun, hal itu mungkin tidak akan terjadi dalam satu atau dua bulan ke depan. Para analis memperkirakan People's Bank of China (PBOC) akan mempertahankan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun pada Senin. (WHY)

SHARE