ECONOMICS

Ivermectin Diisukan Bisa Gantikan Vaksin, Epidemiolog UI: Jangan Percaya!

Rizky Pradita Ananda 02/07/2021 19:27 WIB

Ramainya berbagai klaim terkait kemanjuran obat Ivermectin sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19 yang beredar luas di masyarakat saat ini.

Ivermectin Diisukan Bisa Gantikan Vaksin, Epidemiolog UI: Jangan Percaya! (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ramainya berbagai klaim terkait kemanjuran obat Ivermectin sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19 yang beredar luas di masyarakat saat ini, sangat disayangkan Epidemiolog UI, dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D.

Salah satu klaim yang ia sebut sudah keluar batas, adalah klaim jika Ivermectin yang sebenarnya punya izin edar dan penggunaan untuk pengobatan anti parasite, adalah klaim jika obat ini bisa berpotensi untuk menggantikan vaksin Covid-19.

“Bahkan dalam suatu pertemuan antara PT Harsen dengan suatu kelompok mengatakan obat ini mampu mencegah dan juga bisa menggantikan vaksin. Wah ini menurut saya sudah jadi sesuatu yang melampaui batas. Bahwa belum ada evidence (bukti), sudah demikian klaimnya,” ujar Pandu ketika konferensi pers Penggunaan dan Pengawasan Peredaran Ivermectin Badan POM, Jumat (2/7/2021).

Dokter Pandu memperingatkan masyarakat, bahwasanya obat Ivermectin ini masuk dalam kategori obat keras dan dikonsumsi dengan harus menyertakan resep dokter alias tak bisa sembarangan langsung dibeli bebas di pasaran.

“Menghebohkan sekali dengan adanya Ivermectin, ini adalah obat keras. Pengertiannya, obat ini bisa merugikan, harapannya bisa memberikan manfaat. Tapi bisa juga merugikan kalau pemakaiannya tak sesuai dengan aturan dan indikasi, dosis, dan berapa lama pemakaiannya. Seharusnya yang tahu adalah tenaga kesehatan dan tidak semua nakes tahu juga sebenarnya,” imbuhnya.

Merujuk pada sifat obat Ivermectin sebagai obat keras dan belum ada bukti yang menunjukkan bahwasanya efektif untuk digunakan sebagai terapi Covid-19. Dokter Pandu memperingatkan masyarakat jangan langsung mudah tergoda dengan rumor yang beredar.

“Kita harus skeptis, jangan langsung mudah percaya, jangan percaya dengan klaim-klaim obat yang belum tentu benar tanpa riset dan penelitian yang baik dan terpercaya,” tutup dr. Pandu Riono. (TYO)

SHARE