Jadi Pusat Wisata Medis ASEAN, KEK Sanur Berpotensi Hidupkan Pariwisata Bali
KEK Sanur sengaja disiapkan rencana bisnis untuk fasilitas kesehatan, akomodasi hotel dan MICE, taman botani ethnomedicinal, serta pusat komersial.
IDXChannel - PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Aviata) bersama Indonesia Healthcare Corporation (IHC) tengah membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan dan Pariwisata pertama di Indonesia, yang berlokasi di Sanur, Bali.
Proyek tersebut akan dijalankan Aviata melalui anak usahanya, yaitu PT Hotel Indonesia Natour (HIN). Proses groundbreaking pembangunan KEK Sanur telah dilakukan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada 27 Desember 2021 lalu.
Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, KEK Sanur sengaja disiapkan rencana bisnis untuk fasilitas kesehatan, akomodasi hotel dan MICE, taman botani ethnomedicinal, serta pusat komersial. KEK ini dibangun di atas lahan seluas 41,26 Hektar milik PT HIN, dengan nilai investasi mencapai USD664 Juta.
"Pulau Bali dipilih sebagai lokasi KEK Kesehatan dan Pariwisata untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan kelas dunia sekaligus memanfaatkan keindahan Bali sebagai pilihan berwisata," ujar Erick, dalam keterangan resminya, Sabtu (15/10/2022).
Selain itu, menurut Erick, Pulau Bali juga memiliki potensi besar untuk menjadi pusat wisata medis di Asia Tenggara. Karenanya, Erick yakin pengembangan KEK Kesehatan dan Pariwisata Sanur akan mendorong perekonomian baik nasional maupun lokal.
“Potensinya cukup besar sehingga bisa menjadi prioritas untuk menghidupkan kembali kegiatan pariwisata di Bali,” tutur Erick.
Lebih lanjut, Erick menjelaskan bahwa intervensi ini harus dilakukan agar masyarakat Indonesia tidak perlu lagi berobat ke luar negeri karena Indonesia telah mampu memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan berkelas dunia.
Pengembangan KEK Sanur diproyeksikan mampu menyerap sekitar empat hingga delapan persen masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Dengan demikian, diharapkan pada tahun 2030, jumlah pasien yang berobat di KEK Sanur mencapai 123.000 hingga 240.000 orang.
Data menunjukkan bahwa penduduk Indonesia merupakan penyumbang utama wisata medis di kawasan dengan lebih dari dua juta warga bepergian ke luar negeri pada tahun 2019 untuk mendapatkan layanan kesehatan senilai USD 6 miliar.
KEK Sanur juga didorong untuk menjadi lokasi investasi baru, sekaligus menyerap tenaga kerja. Diharapkan setelah beroperasi penuh, KEK Sanur dapat menyerap sekitar 43 ribu tenaga kerja. Adapun pada tahun 2045, KEK Sanur diharapkan mampu menambah total perolehan devisa hingga USD 1,28 miliar.
Selain itu, proyeksi peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali diperkirakan mencapai 24,6 persen pada periode 2020-2024, dan pertumbuhan wisata medis di Asia Tenggara diprediksi mencapai sekitar 18 persen pada periode yang sama.
Sementara itu, Direktur Operasional IHC, Mira Dyah Wahyuni MARS, mengatakan bahwa KEK Sanur akan memberikan pelayanan kesehatan terintegrasi berkualitas tinggi serta bertaraf internasional dengan perawatan medis terkini untuk mendorong masyarakat mempercayakan pengobatan di Indonesia tanpa harus ke luar negeri.
Sebagai holding rumah sakit milik negara, IHC saat ini menaungi 75 rumah sakit dan 143 klinik di seluruh Indonesia.
"Proses revitalisasi ini akan semakin meningkatkan nilai tambah KEK Sanur yang mengusung konsep integrated end-to-end service. Sehingga dapat semakin menarik minat masyarakat yang mencari layanan medis berkelas dunia saat berwisata ke Bali,” ujar Direktur Utama Aviata, Dony Oskaria. (TSA)