ECONOMICS

Jepang Masuk Jurang Resesi, RI Langsung Gercep Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor

Fiki Ariyanti 17/02/2024 12:57 WIB

Pemerintah membentuk Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi Jepang.

Jepang Masuk Jurang Resesi, RI Langsung Gercep Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor (Foto Dok Kemenko Perekonomian)

IDXChannel - Jepang dan Inggris mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi, bahkan disebut-sebut masuk dalam jurang resesi. Kondisi ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi dan melemahnya permintaan domestik.

Pemerintah mencermati kondisi tersebut. Apalagi Jepang menjadi salah satu tujuan utama ekspor bagi Indonesia dengan komoditas utama ekspor batu bara, komponen elektronik, nikel dan otomotif. 

Ekspor Indonesia ke Jepang sepanjang 2023 berada pada peringkat ke-4 dengan total mencapai USD18,8 miliar. Sementara Foreign Direct Investment (FDI) Jepang ke Indonesia pada 2023 berada di posisi ke-4 dengan total sebesar USD4,63 miliar.

Guna menjaga ketahanan sektor eksternal yakni neraca dagang, pemerintah telah menerbitkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 416 Tahun 2023 tentang Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satgas Peningkatan Ekspor Nasional. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bertindak sebagai Ketua Tim Pengarah dan beranggotakan para Menteri terkait, serta pelaku usaha.

"Satuan tugas tersebut akan berupaya meningkatkan kinerja ekspor nasional guna memperkuat neraca perdagangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik melalui penguatan pasokan ekspor, diversifikasi pasar ekspor, penguatan pembiayaan dan kerja sama internasional, serta pengembangan ekspor UMKM," ungkap Airlangga dalam keterangan resminya, Sabtu (17/2/2024).

Selain itu, upaya penjajakan dalam rangka membuka pasar baru untuk pengembangan ekspor juga terus dilakukan oleh pemerintah.

Hingga saat ini, telah dibentuk enam Kelompok Kerja dalam satgas tersebut berdasarkan tugas dan kewenangannya masing-masing. Yakni Pokja 1 (Bidang Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Sumber Daya dan Industri Ekspor), Pokja 2 (Bidang Diplomasi, Promosi dan Pengembangan Pasar Ekspor).

Pokja 3 (Bidang Simplifikasi, Sinkronisasi, dan Integrasi Proses Bisnis dan Layanan Ekspor), Pokja 4 (Bidang Pembiayaan Ekspor), Pokja 5 (Bidang Peningkatan Ekspor UMKM), serta Pokja 6 (Bidang Regulasi).

Hal yang menjadi konsen tim Satgas Peningkatan Ekspor Nasional adalah kinerja sektor migas yang masih menunjukkan defisit USD1,30 miliar meski neraca perdagangan Indonesia masih melanjutkan tren surplus 45 bulan bertutut-turut atau USD2,02 miliar di Januari 2024. 

Untuk itu, masing-masing pokja saat ini tengah menyusun rencana kerja berupa quick win, rencana jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang guna mengatasi hal tersebut.

Selain itu, diakui Airlangga, satgas tersebut juga telah menentukan 12 negara prioritas tujuan ekspor Indonesia, yakni Arab Saudi, Belanda, Brazil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, UEA, dan Vietnam. 

Produk ekspor prioritas yang ditetapkan mulai dari ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, TPT dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan.

"Di samping mengoptimalkan potensi pasar yang telah ditentukan tersebut, Satgas Peningkatan Ekspor juga tengah berfokus memperluas akses pasar dengan mendorong penyelesaian perundingan perjanjian khususnya Indonesia-EU CEPA," jelas Airlangga.

"Juga peluang Indonesia masuk blok perdagangan The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), dan aksesi Indonesia menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)," imbuhnya. 

Sekadar informasi, pada Januari ini, ekspor Indonesia mencapai USD20,52 miliar, merosot 8,34 persen dibanding Desember 2023 (MoM). Realisasi itu juga turun 8,06 persen dari periode yang sama tahun lalu (YoY). 

Penurunan ekspor di Januari 2024 terjadi sejalan dengan turunnya ekspor nonmigas sebesar 8,54 persen dan ekspor migas sebesar 5,50 persen (MoM).

Negara mitra dagang dengan penurunan ekspor nonmigas Indonesia terdalam, antara lain Swiss jeblok 53,74 persen, Kanada melorot 48,05 persen, Bangladesh anjlok 39,13 persen, Rusia turun 24,68 persen, dan Turki turun 19,73 persen (MoM).

(FAY)

SHARE