sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi di Awal 2024, Ekonomi Negara Maju Bakal Suram?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
16/02/2024 12:11 WIB
Sejumlah negara maju resmi masuk ke dalam jurang resesi di awal 2024. Jepang menjadi negara maju terbaru yang ekonominya terkontraksi di akhir 2023.
Jepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi di Awal 2024, Ekonomi Negara Maju Bakal Suram? (Foto: Freepik)
Jepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi di Awal 2024, Ekonomi Negara Maju Bakal Suram? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Sejumlah negara maju resmi masuk ke dalam jurang resesi di awal 2024. Jepang menjadi negara terbaru yang ekonominya terkontraksi di akhir 2023.

Ini membuat Jepang kehilangan predikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia dan meningkatkan keraguan mengenai kapan bank sentral akan mulai keluar dari kebijakan moneter ultra-longgarnya yang telah berlangsung selama satu dekade.

Beberapa analis memperingatkan akan adanya kontraksi lagi pada kuartal ini karena lemahnya permintaan dari China, lesunya konsumsi dan terhentinya produksi pada unit Toyota Motor Corp. Kondisi ini diprediksi bisa mengarah pada jalur yang menantang menuju pemulihan ekonomi.

“Yang paling mencolok adalah lesunya konsumsi dan belanja modal yang merupakan pilar utama permintaan domestik. Perekonomian akan terus kekurangan momentum untuk saat ini tanpa adanya pendorong utama pertumbuhan,” kata Yoshiki Shinke, ekonom eksekutif senior di Dai-ichi Life Research Institute.

Produk domestik bruto (PDB) Jepang turun 0,4 persen secara tahunan pada periode Oktober-Desember setelah penurunan 3,3 persen pada kuartal sebelumnya, dan dan turun 0,1 persen secara kuartalan (qoq) per Kamis (15/2/2024). (Lihat grafik di bawah ini.)

Angka ini meleset dari perkiraan pasar, yaitu pertumbuhan 0,3 persen dan menyusul revisi penurunan 0,8 persen di Q3.

Perekonomian Jepang mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam lima tahun, karena konsumsi swasta, yang mencakup lebih dari separuh perekonomian, menurun selama tiga kuartal berturut-turut di tengah meningkatnya tekanan biaya dan tantangan global yang masih ada.

Pada saat yang sama, belanja modal melemah, sementara investasi publik semakin menurun. Pada saat yang sama, belanja pemerintah juga turun 0,1 persen setelah naik 0,3 persen pada periode sebelumnya.

Dalam kondisi ini, kontraksi PDB dua kuartal berturut-turut biasanya dianggap sebagai definisi resesi teknis. Meskipun banyak analis masih memperkirakan Bank of Japan akan menghentikan stimulus moneternya secara bertahap pada tahun ini.

Data yang lemah mungkin menimbulkan keraguan terhadap perkiraan Bank of Japan bahwa kenaikan upah akan mendukung konsumsi dan menjaga inflasi tetap berada di sekitar target 2 persen.

“Penurunan PDB dua kali berturut-turut dan penurunan permintaan domestik tiga kali berturut-turut adalah berita buruk, meskipun revisi tersebut dapat mengubah angka akhir. Hal ini mempersulit bank sentral untuk membenarkan kenaikan suku bunga, apalagi serangkaian kenaikan,” kata Stephan Angrick, ekonom senior di Moody's Analytics.

Tak hanya Jepang, perekonomian Inggris juga mengalami kontraksi sebesar 0,3 persen secara kuartalan pada kuartal keempat tahun 2023. menyusul penurunan sebesar 0,1 persen pada kuartal ketiga, dan lebih buruk dari perkiraan pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 0,1 persen.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement