ECONOMICS

Joe Biden Imbau Harga BBM AS Turun, Bagaimana dengan Indonesia?

Maulina Ulfa - Riset 29/09/2022 15:23 WIB

Harga BBM di Amerika menjadi wewenang pasar. Indonesia masih untung karena penetapan harga BBM diatur pemerintah dan bisa menjaga stabilitas harga.

Joe Biden Imbau Harga BBM AS Turun, Bagaimana dengan Indonesia? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengimbau stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) di negara Paman Sam, (27/9). Ia meminta hal tersebut karena  harga minyak dunia saat ini sedang mengalami tren penurunan.

Biden menyesalkan kondisi ini sementara harga minyak mentah telah menurun cukup signifikan.

"Pesan saya sederhana kepada perusahaan yang berbisnis SPBU dan memliki kewenangan mengatur harga: Turunkan harga yang saat ini dikenakan di SPBU yang mencerminkan biaya produksinya,” mengutip Market Insider, (29/9).

Biden mengatakan orang Amerika membayar untuk keuntungan perusahaan minyak dan gas (migas) melalui inflasi yang lebih tinggi. Sebelumnya, Biden berjanji untuk memerangi kenaikan harga gas karena inflasi mendekati level tertinggi selama 40 tahun ekonomi AS.

Harga rata-rata BBM di AS mencapai rekor tertinggi di atas $5 per galon pada bulan Juni. Kondisi ini disebabkan karena harga minyak melonjak berkat perang Rusia dengan Ukraina dan krisis energi di Eropa.

Harga gas turun secara bertahap setelah itu, mengikuti harga minyak yang lebih rendah. Hal ini ditengarai karena pemerintah Biden mulai merilis jumlah cadangan minyak mentah dari US Strategic Petroleum Reserve dan meningkatnya permintaan.

Patokan global minyak mentah Brent telah turun sekitar 24% dalam tiga bulan terakhir, sementara patokan berjangka WTI AS telah turun lebih dari 30%, mengutip Market Insider.

Namun minggu lalu, harga BBM rata-rata AS naik untuk pertama kalinya dalam 99 hari di level USD3,67 pada hari Rabu (21/9). Pada hari ini, harga BBM di AS menembus angka USD3,71.

Pernyataan Biden ini merupakan kritik yang dia luncurkan pada perusahaan migas ketika harga energi mencapai puncaknya. Pada bulan Juni, dia mengecam raksasa energi Exxon Mobil karena menghasilkan lebih banyak uang daripada melihat realitas krisis yang dihadapi AS.

Pasar BBM AS vs Indonesia

BBM masih menjadi jantung utama kehidupan dan perekonomian masyarakat. Tak terkecuali masyarakat AS.

Di tahun 2021, konsumsi BBM AS setara 135 miliar galon bensin dan sekitar 0,18 miliar galon BBM untuk penerbangan. BBM menjadi salah satu bahan bakar utama yang dikonsumsi di Amerika Serikat dan merupakan produk utama yang diproduksi oleh kilang minyak AS.

Pada tahun yang sama, berdasarkan data Departemen Energi AS, total konsumsi bensin menyumbang sekitar 58% dari total konsumsi energi sektor transportasi dan 16% dari total konsumsi energi AS.

Sementara, berdasarkan volume mencapai 45% dari total konsumsi minyak bumi. Kendaraan ringan seperti mobil, kendaraan sport, dan truk kecil menyumbang sekitar 91% dari seluruh konsumsi bensin di Amerika Serikat

Adapun pangsa pasar BBM AS dikuasai oleh perusahaan-perusahaan energi kelas kakap. Pada 2019, Shell memegang 12,5 % pangsa pasar BBM di Amerika Serikat. Exxon memiliki pangsa merek terbesar kedua mencapai 6,2 %.

Sementara di urutan ketiga dan keempat terdapat Chevron dengan pangsa 6,1% dan Speedway dengan presentase 5,9%. Adapun perusahaan energi asal Inggris, British Petroleum (BP) menguasai 5,3% pangsa pasar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Pangsa Pasar BBM di AS (2019)

Sumber: Statista

 

Seruan Biden untuk menurunkan harga BBM sepertinya lebih terlihat sebagai bentuk kekecewaan dibanding dengan upaya sesungguhnya untuk menekan harga. Mengingat pasar energi AS diatur oleh pasar secara langsung, bukan pemerintah.

Berbeda dengan Indonesia, keputusan menurunkan dan menaikkan harga BBM memang sepenuhnya berada di tangan pemerintah. Pasar energi di Indonesia masih dikuasai oleh pemain tunggal, yakni Pertamina selaku badan usaha milik negara (BUMN).

Swastanisasi energi di AS di satu sisi bisa menguntungkan karena pasar bisa menjadi lebih kompetitif dalam mengatur harga jual BBM. Sementara di Indonesia, pasar tidak bisa dengan leluasa mengatur harga karena adanya aturan BBM bersubsidi dan non subsidi yang akan mempengaruhi harga secara signifikan.

Perusahaan swasta seperti Vivo, BP, hingga Shell yang memiliki SPBU di Indonesia harus mematuhi kebijakan penetapan harga BBM dari pemerintah. Di sisi lain, kebijakan ini menguntungkan jika melihat harga minyak yang fluktuatif seperti saat ini karena stabilitas harga bisa dijaga. (ADF)

SHARE