ECONOMICS

Kebijakan Pro-Industri Dibutuhkan untuk Redam Penurunan PMI Manufaktur

Cahya Puteri Abdi Rabbi 07/10/2024 12:31 WIB

Kebijakan yang pro-industri sangat diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan performa sektor manufaktur di tengah persaingan global yang semakin ketat.

Kebijakan Pro-Industri Dibutuhkan untuk Redam Penurunan PMI Manufaktur. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty, mengungkapkan sejumlah saran untuk meredam penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang tengah melanda Indonesia. 

Menurutnya, kebijakan yang pro-industri sangat diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan performa sektor manufaktur di tengah persaingan global yang semakin ketat.

“Di global kondisinya sangat kompetitif, sehingga pasar domestik harus diamankan agar PMI kita bisa meningkat,” kata Telisa dalam Market Review IDX Channel pada Senin (7/10/2024).

Selain itu, di tengah masih maraknya impor ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan, pemerintah diimbau untuk gencar mencegah praktik tersebut. 

Di samping itu, pemerintah juga diharapkan dapat memanfaatkan tiga bulan terakhir tahun ini melalui pengadaan barang dan jasa yang mengutamakan produk-produk domestik.

Sementara dari sisi global, Telisa menyarankan agar dilakukan market intelligence ke pasar-pasar non-tradisional untuk meningkatkan industri.

Pengembangan ke pasar global juga dapat dilakukan dengan mengoptimalkan perjanjian-perjanjian perdagangan bebas.

“Serta memanfaatkan momentum penurunan suku bunga, supaya bisa meningkatkan daya beli di global,” kata Telisa.

PMI manufaktur Indonesia pada September 2024 masih berada di bawah 50 yakni berada di level 49,2. Menurut laporan S&P Global, penurunan kinerja PMI utamanya menggambarkan penurunan bulanan pada output dan pesanan baru selama bulan September selama tiga bulan berturut-turut.

Dalam laporan tersebut, penurunan terjadi karena kondisi permintaan pasar masih lambat, selain itu permintaan manufaktur global yang turun turut membebani penjualan eksternal. 

"Kinerja perekonomian sektor manufaktur Indonesia itu berkaitan dengan kondisi makro ekonomi global yang sedang lesu pada bulan September, dengan penurunan tercepat pada penjualan eksternal dalam waktu hampir dua tahun dari laporan terkini sangat menonjol di statistik,” kata Economics Director S&P Global Market Intelligence, Paul Smith dalam laporannya.

(NIA DEVIYANA)

SHARE