Kebutuhan Energi Nasional Capai 1.000 MTOE di 2050
Pada 2050, kebutuhan energi akan meningkat berkali lipat.
IDXChannel - Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng mengatakan kebutuhan energi pada 2021 berada di sekitar 210 mega ton oil equivalent (MTOE), dengan minyak menyumbang 32%, gas 19, dan 11% dipenuhi dari energi baru terbarukan (EBT)
Muharram membeberkan, pada 2050, kebutuhan energi akan meningkat berkali lipat.
"Ketika 2050, kebutuhan energi kita 1.000 MTOE. Ini bukan buatan saya, tetapi ini tercantum dalam RUEN," kata Muharram dalam diskusi virtual Editor Energy and Mining Society (E2S), Selasa (13/12/2022).
Dia menuturkan, Pertamina memiliki kewajiban memenuhi 44% kebutuhan energi atau setara dengan 440 MTOE yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dengan meningkatkan agresivitas dalam melakukan eksplorasi.
Perseroan wajib melakukan eksplorasi lebih agresif untuk merespons pentingnya peran sektor migas dalam kebutuhan energi pada 2050.
"Itu juga bagian dari upaya kita untuk memenuhi target nasional 1 juta BOE atau barel of oil equivalent dan 12 MMSCFD pada 2030, jadi tidak ada cara lain untuk melakukan eksplorasi yang masif dan agresif," tuturnya.
Selain eksplorasi secara masif dan agresif, Muharram mengatakan perusahaan juga telah menerapkan teknologi paling terkini soal eksplorasi migas.
Proses eksplorasi dan produksi ini juga sejalan dengan target pemerintah untuk memproduksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 MMSCFD gas di 2030.
"Itu juga bagian dari upaya kita untuk memenuhi target nasional 1 juta barel equivalent dan 12 MMSCFD pada tahun 2030, jadi tidak ada cara lain untuk melakukan eksplorasi yang masif dan agresif," ucapnya.
Selanjutnya, PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk perkuat infrastruktur gas dengan diwujudkan hadirnya inovasi baru LPG Production Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang. Teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi LPG untuk wilayah Bontang hingga 323% sebesar 603 M3 per hari.
LPG Booster System ini telah mulai beroperasi sejak Desember 2021, dan hingga Oktober 2022 telah melakukan tiga kali pengapalan. Rencananya dalam bulan Desember ini akan dua kali pengapalan. Diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta M3 atau 780.000 Metrik Ton selama periode 2022-2027.
“Dengan penemuan teknologi ini, dengan inovasi ini memberikan harapan bahwa Indonesia bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG. Yang ini akan memperkuat ketahanan energi nasional,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (7/12/2022).
Nicke menuturkan, pertamina memiliki potensi yang bisa dikembangkan, hal tersebut yang di lanjutkan oleh PT Badak kedepan.
"Perseroan meyakini bahwa gas menjadi energi transisi dan Pertamina telah anggarkan 60% investasi untuk di hulu," ucap Nicke. (NIA)