ECONOMICS

Kejar Target, PMN Jadi Opsi Pendanaan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Iqbal Dwi Purnama 03/01/2023 14:14 WIB

Beberapa kemungkinan yang menjadi dasar pemerintah menggunakan PMN untuk menambal kekurangan biaya pada proyek tersebut.

Kejar Target, PMN Jadi Opsi Pendanaan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah mengguyur PT KCIC sebesar  Rp3,2 triliun melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) agar proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dapat rampung tahun ini.

Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian dan Angkutan Jalan Antar Kota MTI, Aditya Dwi Laksana mengungkapkan beberapa kemungkinan yang menjadi dasar pemerintah menggunakan PMN untuk menambal kekurangan biaya pada proyek tersebut.

Menurut Aditya, sebetulnya ada beberapa opsi lagi selain menggunakan APBN untuk mendanai proyek tersebut. Namun setiap skema pembiayaan tentu memiliki risikonya masing-masing. Akhirnya PMN dipilih karena mengandung tingkat risiko yang tidak terlalu tinggi.

"Bisa juga melalui penerbitan obligasi, tetapi obligasi ini tergantung pada prospek bisnis kedepan, khawatirnya nanti obligasi tidak diminati karena menang potensi dan prospek bisnisnya masih belum jelas," ujar Aditya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (3/1/2023). 

Selanjutnya Opsi lainnya jika tidak menggunakan dana PMN, bisa juga dengan mengurangi presentase kepemilikan dari proyek KCIC tersebut, misalnya porsi kepemilikan China lebih besar dari Indonesia. Supaya pembengkakan yang ditanggung Indonesia bisa lebih kecil.

Akan tetapi hal tersebut bakal berat dilakukan, sebab Proyek ini sudah dilabeli lebih dahulu oleh Pemerintah sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN). Sehingga menurutnya hal itu akan berpengaruh terhadap kemandirian KCIC dalam kontribusinya terhadap Negara. Sebab kepemilikan Indonesia lebih kecil.

"Bisa juga melalui pinjaman, kalau pinjaman ini akan ada tambahan pembayaran pokok dan bunga kedepannya, seberapa besar itu akan membebani KCIC," sambungnya.

Sedangkan menurut Aditya bisnis transportasi seperti KCIC tidak bisa jika hanya mengandalkan pemasukan dari penjualan tiket saja. Sebab beban operasional sendiri nantinya sudah cukup besar. Hal tersebut yang menurut Aditya opsi pinjaman akan sulit diambil oleh konsorsium Indonesia.

Sekedar informasi, berdasarkan hasil review dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pembengkakan biaya pada proyek tersebut mencapai USD1,45 miliar atau sekitar Rp21 triliun.

"Perlu dicarikan solusi yang tidak memberatkan kedepannya, kalau solusinya berupa PMN yang bersumber dari APBN, seberapa kuat APBN kita kalau mengalokasikan untuk kereta cepat," pungkasnya.

(DES)

SHARE