ECONOMICS

Laba Bersih BUMN Terjun Bebas di 2020, Ini Penjelasan Erick

Suparjo Ramalan 03/06/2021 14:14 WIB

Secara agregat, laba bersih atau net profit BUMN pada 2020 mengalami penurunan drastis.

Laba Bersih BUMN Terjun Bebas di 2020, Ini Penjelasan Erick. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Secara agregat, laba bersih atau net profit BUMN pada 2020 mengalami penurunan drastis. Kementerian BUMN mencatat, pada 2020 laba bersih BUMN hanya mencapai Rp28 triliun saja atau turun 77 persen dari laba yang dikontribusikan pada 2019 sebesar Rp124 triliun. 

Menteri BUMN, Erick Thohir menyebut, penurunan laba bersih BUMN disebabkan pandemi Covid-19. Di sisi revenue BUMN pun turun dari Rp1.600 triliun menjadi Rp1.200 triliun. 

Meski begitu, nilai net profit dan revenue BUMN masih berupa perkiraan pemegang saham. Artinya, belum masuk pada tahap audit. Pengumuman hasil audit kinerja keuangan BUMN akan disampaikan pada September 2021 mendatang.

"Sebagai catatan saja, kita lihat dari konsolidasi awal, karena itu belum diaudit bahwa jelas pandemi ini sangat berdampak juga dengan BUMN, yang tadinya kita punya net profit, tapi ini, net profit yang belum dibagi, tetapi ini dipakai lagi untuk BUMN lain, itu yang tadi Rp124 triliun di tahun 2019, di tahun ini konsolidasi hanya Rp28 triliun, hal ini bisa terlihat nyata di buku setelah di audit, revenue pun turun dari Rp1.600 triliun menjadi Rp1.200 triliun," ujar Erick dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR, Kamis (3/6/2021). 

Dalam catatan MNC Portal Indonesia, Erick Thohir secara gamblang mengakui kontribusi BUMN secara konsisten mampu memberikan kontribusi di atas 16 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sejak 2018.

Meski demikian, bila dibandingkan dengan negara lain, kontribusi 16 persen masih terbilang kecil karena BUMN mampu mengumpulkan aset sebesar 573 miliar dolar Amerika Serikat (AS) Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama aset Super Holding Temasek Singapura sebesar 227 miliar dolar AS. Kontribusi Temasek terhadap PDB Singapura mencapai 21,6 persen.

Hal serupa juga dilakukan BUMN China, di mana kontribusi perusahaan plat merahnya mampu memberikan keuntungan finansial terhadap PDB negara setempat hingga mencapai 58,4 persen dari total aset sebesar 10,400 miliar dolar AS.

Sementara itu, Super Holding Malaysia masih tertinggal dengan Indonesia. Di mana, pada tahun yang sama kontribusi Khazana sebesar 1,4 miliar dari jumlah asetnya 33 miliar dolar AS. 

Dari segi aset, dari data yang dipublikasi Kementerian BUMN, selama lima tahun terakhir aset perseroan plat merah mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2015 aset BUMN tercatat sebesar Rp5.760 triliun, dan pada akhir 2019 menjadi sebesar Rp8.734 triliun.

Angka ini menunjukan bahwa selama lima tahun terakhir aset BUMN tumbuh sebesar 51,63 persen atau rata-rata per tahunnya tumbuh 11 persen. 

Ekuitas BUMN juga naik signifikan. Hingga akhir 2019, total Ekuitas seluruh perseroan mencapai Rp 800 triliun. Sementara, laba bersihnya mencatatkan angka positif di akhirnya 2019 senilai Rp 152 triliun.

Meski begitu, angka ini menurun bila dibandingkan dengan periode yang sama 2018 yang mencapai Rp 189 triliun. 

Sementara itu, capital expenditure (Capex) atau belanja modal BUMN juga mengalami peningkatan. Pada 2015, jumlah agregat Capex dalam satu tahun mencapai Rp221 triliun. Angka ini semakin meningkat dari tahun ke tahun hingga puncaknya pada akhir 2019 belanja modal BUMN mencapai Rp361 triliun.

Berdasarkan perhitungan CAGR, pertumbuhan setoran dividen BUMN sebesar Rp50 triliun di tahun lalu. Pada periode yang sama, setoran pajak BUMN mencapai Rp284 triliun. Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada 2019 mencapai Rp 135 triliun. 

Pada tahun 2020, dividen BUMN turun. Erick mengakui pandemi Covid-19 berdampak pada bisnis BUMN. Setidaknya, 90 persen kinerja perusahaan negara menurun. Imbas, dividen BUMN 2020 diprediksi hanya mencapai 25 persen dari target.

Di sisi lain, untuk mengintegrasikan data keuangan perusahaan pelat merah, Kementerian BUMN pun sudah menyusun buku akuntansi untuk mengkonsolidasi keuangan seluruh perseroan. Ibu tersebut nantinya mencatatkan kinerja keuangan BUMN. 

"Alhamdulillah sebagai laporan kepada pimpinan dan anggota Dewan, Insya Allah di tahun ini kita pertama kali mempunyai buku Kementerian BUMN secara terkonsolidasi. Nah karena itu sistem yang terintegrasi yang kita perlukan," kata dia. 

Pembukuan yang dilakukan Kementerian BUMN sejalan penguatan project management office (PMO). Mantan Bos Inter Milan itu mengutarakan, nantinya semua data keuangan BUMN bisa diintegrasikan. 

"Karena itu, salah satunya kenapa kita ingin membangun project manajement office ini, tidak lain supaya semua data yang ada di BUMN itu bisa menjadi satu, agar kita bisa melihat pembukuan ataupun keperluan Capex lain yang tidak diperlukan untuk di-cut. Seperti apa yang kita lakukan kemarin di PLN atau di Telkom," tutur dia. (TYO)

SHARE