ECONOMICS

Libur Panjang Idul Adha: Pengusaha Pusing, Pekerja Girang

Erfan Erlin 23/06/2023 11:14 WIB

Pengusaha mengeluhkan cuti bersama Idul Adha yang menjadi tiga hari, sehingga total libur Lebaran Kurban ini lima hari, ditambah Sabtu dan Minggu. 

Libur Panjang Idul Adha: Pengusaha Pusing, Pekerja Girang (Foto MNC Media)

IDXChannel - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bantul mengeluhkan cuti bersama Idul Adha yang menjadi tiga hari, sehingga total libur Lebaran Kurban ini lima hari, ditambah Sabtu dan Minggu. 

Sekretaris Apindo Bantul, Supri Harsono menuturkan, semakin banyak cuti, maka semakin kontraproduktif. Kendati demikian, karena sudah diputuskan, maka tidak bisa ditolak lagi. Hanya saja, ke depan kebijakan tersebut harus dievaluasi.

"Kalau sudah diputuskan, ya berarti sudah diputuskan kan," keluhnya, Jumat (23/6/2023). 

Supri mengatakan, sebelum menentukan adanya cuti bersama, pemerintah mesti menelaah lebih jauh lagi dampaknya. Selain itu, pemerintah harus berkonsultasi dengan para pihak, termasuk pengusaha terlebih dahulu.

Apalagi sekarang ini adalah masa kembali membangun bisnis dari keterpurukan akibat Covid-19. Kebijakan cuti bersama tersebut bertolakbelakang dengan slogan pemerintah yang ingin bangkit lebih kuat pulih lebih cepat.

"Slogan pemerintah itu kan bangkit lebih kuat pulih lebih cepat. Kalau ini kami melihat inkonsistensi," tegas Supri.

Padahal, lanjutnya, saat ini kebijakan pemerintah adalah meningkatkan stabilitas dan daya saing, sehingga kinerja perusahaan harus terus ditingkatkan agar perekonomian bergerak lebih cepat.

Menurut Supri, kebijakan cuti bersama sebenarnya sudah dilakukan beberapa kali tahun ini. Namun yang paling terasa dampaknya oleh pengusaha adalah rentetan libur Idul Adha.

"Itu pokoknya kalau ada cuti bersama seperti itu, pengusaha pusing," keluhnya.

Sebab, diakui Supri, cuti bersama Idul Adha ini tidak direncanakan sejak awal. Di mana tiba-tiba pemerintah memutuskan akan ada cuti, dan itu harus ditaati oleh semua perusahaan. Padahal, seharusnya cuti bersama itu dikonsultasikan dan direncanakan terlebih dahulu sebelum diputuskan.

Alasannya, para pengusaha tetap harus membayar karyawan dan sebagainya, sehingga membuat biaya lebih banyak. Di samping itu, target bisa tidak tercapai. Selama ini, produktivitas di perusahaan diukur dari pekerja yang berkualitas dan dalam batas waktu tertentu.

"Nah semakin kehilangan satu hari itu, kalau mesin itu kan kehilangan 24 jam. Kalau manusia, kehilangan 8 jam, seminggu berarti 40 jam," terang Supri.

Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bantul, Jatmiko mengaku, para buruh di Kabupaten Bantul menyambut baik adanya cuti bersama tersebut. Hanya saja para buruh menginginkan agar cuti bersama tersebut tidak akan mengurangi hak dan kewajiban mereka.

"Misalnya buruh itu cuti, ya kami minta agar tidak ada pemotongan gaji," harapnya.

Lelaki yang akrab dipanggil Miko ini mengaku sepanjang diketahuinya, cuti kali ini akan mengurangi jatah cuti tahunan dari para pekerja. Di mana seharusnya para buruh mendapat jatah cuti selama 12 dalam setahun, namun berkurang tiga hari akibat cuti bersama Idul Adha ini.

Padahal cuti tahunan tersebut biasanya digunakan untuk keperluan mendesak. Namun, karena ada cuti bersama Idul Adha ini, maka jatah mereka berkurang. Jika ada perusahaan yang mengejar target produksi, biasanya karyawan tetap diminta masuk kerja, namun dihitung lembur.

(FAY)

SHARE