ECONOMICS

Lockdown Dicabut, Ekonom Sebut Permintaan Meningkat Tapi Supply Kedodoran

Iqbal Dwi Purnama 25/11/2021 15:42 WIB

Pembatasan ketat yang terjadi di sejumlah negara seperti lockdown secara perlahan sudah dicabut kembali. Tingkat permintaan pun langsung meningkat pesat.

Lockdown Dicabut, Ekonom Sebut Permintaan Meningkat Tapi Supply Kedodoran. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pembatasan ketat yang terjadi di sejumlah negara seperti lockdown secara perlahan sudah dicabut kembali. Tingkat permintaan pun langsung meningkat pesat. Sayangnya, produsen tidak mampu mengejar hingga membuat supply jadi kedodoran.

Ekonom senior Bayu Krisnamurti, mengatakan ketika lockdown dicabut, dan kegiatan ekonomi dibuka, terjadi respon cepat dari demand side yang langsung naik. Orang mulai belanja dan mencari produk setelah tertahan selama dua tahun di berbagai sektor konsumsi. 

Namun hal itu tidak cepat direspon oleh supply side karena proses produksi/supply setelah terhenti pada masa lockdown dan resesi tidaklah secepat sisi permintaan. Terjadi semacam kemacetan supply chain, dan itu pasti tidak akan bisa kembali pada titik sebelum covid 19. 

"Karena ketika lockdown terjadi penghentian supply yang amat drastis, otomatis untuk naik kembali ke titik semula akan memakan waktu lama," ujar Bayu pada Sesi Diskusi secara virtual, Rabu (24/11/2021).

Menurutnya saat pemberlakuan lockdown pada beberapa negars menimbulkan dampak dari terhentinya pergerakan manusia yang membuat terjadi krisis supply chain, krisis logistik, krisis pergerakan/pasokan barang

"Tentu saja barang tidak akan bisa bergerak jika tidak ada manusia yang menggerakkan, yang terjadi kemudian, muncul krisis ekonomi atau resesi karena tidak ada transaksi ekonomi, pergerakan ekonomi hanya lokal, di toko-toko setempat, online dan lain-lain atau ekonomi dalam jarak pendek," sambung Bayu.

Bayu menambahkan pertumbuhan e-commerce pada saat terjadinya pandemi memang mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Namun menimbulkan masalah baru yaitu dari sisi pendidikan.

"Pertumbuhan e-commerce UMKM di Indonesia setelah kejatuhan akibat covid 19, hanya tumbuh 15-18 persen saja, selain itu khusus masalah pendidikan nasional yang terdampak covid, setuju diadakan diskusi khusus masalah tersebut, apalagi terkait bonus demografi yang terancam mubazir," tutup dia. (TYO)

SHARE