ECONOMICS

Masih Sepi Pembeli, Pedagang Tanah Abang Berharap Naik KRL Tak Lagi Gunakan STRP

Iqbal Dwi Purnama 05/09/2021 06:24 WIB

Pelonggaran PPKM belum berdampak signifikan bagi pedagang tanah abang.

Pelonggaran PPKM belum berdampak signifikan bagi pedagang tanah abang. (Foto

IDXChannel - Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait relaksasi PPKM level 3 telah dengan harapan bisa memulihkan perekonomian, salah staunya dengan membuak pusat perbelanjaan. Meskipun demikian, kebijakan tersebut ternyata belum bisa membuat ekonomi pedagang bangkit.

Irzan (39), salah satu pedagang tekstil di Tanah Abang menyebut sejak PPKM Darurat, hingga PPKM level 3 ini belum ada perubahan yang cukup signifikan. Irzan menilai pelaksanaan kebijakan PPKM masih ada kerancuan dalam penerapan di lapangan.

Dia menjelaskan, Masyarakat memang diperbolehkan untuk mengunjungi pasar, namun akses transportasi umum menuju pasar masih menganut sistem aturan yang lama. Misalnya saja ada seseorang yang hendak mengunjungi pasar Tanah Abang, jika mereka menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL), mereka tetap dipaksa untuk menunjukan Surat Tanda Registrasi Pekerja (STRP).

"Terkait pelaksanaan kebijakan PPKM level 4 ataupun level 3, itu saya lihat pelaksanaannya di lapangan masih ada kerancuan, seperti misalnya saya menggunakan transportasi kereta, dan banyak pelanggan Tanah Abang yang juga menggunakan kereta itu harus ada STRP," ujarnya kepada MNC Portal, Sabtu (4/9/2021).

Menurutnya banyak yang menjadi pengunjung pasar Tanah Abang, seperti pengunjung tokonya yang menggunakan moda transportasi KRL untuk datang ke pasar tanah Abang. "Kita disuruh dagang, yang belanja di pegang, sepeti tidak boleh naik kereta, Sementara satu-satunya transportasi mereka naik kereta, Jadi kalau bisa STRP ini dihapuslah, jadi kalau ditanya ada perubahan atau tidak (pelonggaran PPKM), tidak ada perubahan," sambungnya.

Dirinya melihat di Tanah Abang, juga banyak pedagang yang berguguran, yang besar jadi kecil, yang kecil menghilang, bahkan dilantai-lantai emas, yang sebelum pandemi ramai dikunjungi, seperti lantai LG, G, dan ground, saat ini wilayah tersebut itu banyak juga yang kosong.

Adanya pelonggaran PPKM memang menjadi pemasukan omsetnya kembali, namun hal itu pun belum cukup untuk melunaskan kerugiannya yang sempat mengharuskan toknya tutup kurang lebih satu bulan ketika PPKM Darurat. Irzan mengaku keuntungan yang didapat saat ini hanya cukup untuk menutupi kebutuhan pokoknya saja.

"Saya sudah mulai buka sejak 26 Juli setelah tutup hampir sebulan, saya bisa membayar BPJS, membayar listrik, uang dapur tetapi bayar cicilan kios tidak ketutup, jadi hanya untuk bertahan hidup saja," sambung Irzan.

Untuk itu pengurangan karyawan menjadi pilihan yang berat agar bisnisnya bisa meminimalisir pengeluaran disamping tidak adanya pemasukan dari sisi penjualan. Hal itu pun masih dirasa kurang bagi Irzan untuk menekan pengeluarannya, untuk itu pinjaman modal juga menjadi opsi pilihan.

"Ini yang saya rasakan bangat, omset saya turun 80% sejak awal pandemi, dulu saya punya Karyawan, saat Corona tidak, karena itu bagian usaha untuk Survive, makanya saya meminimalisir pengeluaran, melakukan pinjaman, kemudian akhirnya korban karyawan toko, dan sekarang tinggal saya sendiri yang menjaga," lanjut Irzan.

Beberapa tahun belakangan Irzan mengaku omset memang mengalami penurunan, tidak hanya pandemi, kurang tegasnya aparat penegak hukum dalam menertibkan pedagang liar di sekitar Pasar Tanah Abang menghambat laju usahanya, selain itu persaingan yang ketat di pasar digital juga menjadi rival barunya.

"Seperti contohnya kemarin, dari pagi sampai sore waktu saya mau menutup toko, baru ada penglaris, bahkan ada juga pedagang hingga 2 sampai 3 hari itu belum ada penglaris," tuturnya. (TIA)

SHARE