ECONOMICS

Menanti Nasib Utang Garuda (GIAA) Rp138,5 Triliun di Voting PKPU Hari Ini

Yulistyo Pratomo 17/06/2022 12:59 WIB

Mulai hari ini, Jumat (17/6/2022), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menghadapi proses voting penundaaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

Menanti Nasib Utang Garuda (GIAA) Rp138,5 Triliun di Voting PKPU Hari Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Mulai hari ini, Jumat (17/6/2022), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menghadapi proses voting penundaaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Sejumlah kreditur internasional seperti Rolls-Royce dan Airbus akan memberikan suaranya apakah menyetujui proposal perdamaian yang ditawarkan, atau menolak.

Secara total, Garuda memiliki utang sebanyak Rp138,5 triliun, namun emiten berkode GIAA ini merasa optimis proposal tersebut bakal disetujui sebagian besar krediturnya pada pemungutan suara yang dihelat di Pengadilan Niaga, Jakarta.

Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra, menyampaikan kepada para kreditur menjelang pemungutan suara, di mana dia mengharapkan tinbulnya kesepakatan terbaik bagi pihak-pihak sehingga dapat "memastikan kolaborasi bisnis di masa depan".

Garuda sendiri sudah memberikan penawaran kepada produsen pesawat, lessor, vendor perawatan, hingga investor obligasi syariah, dapat melakukan write-down utang, atau menukar jumlah sisanya dengan obligasi 9 tahun senilai USD825 juta serta ekuitas USD330 juta.

Perseroan juga mengusulkan agar bank dan perusahaan negara seperti Pertamina dan operator bandara memperpanjang masa jatuh tempo pinjaman mereka.

Penawaran obligasi dan ekuitas kreditur ini telah memperhitungkan potensi klaim oleh Boeing, termasuk rencana Garuda untuk menghentikan pesanan 49 pesawat 737 MAX 8, meskipun Boeing tidak berpartisipasi dalam proses peradilan.

Irfan juga sangat optimis di mana Airbus dan Rolls-Royce telah memberikan dukungannya terhadap proposal perdamaian itu. Perusahaan juga telah mengajukan klaim masing-masing senilai Rp9,9 triliun dan Rp7,8 triliun, menurut dokumen pengadilan.

Dikutip dari Reuters, Jumat (17/6/2022), sejauh ini Boeing dan Airbus menolak berkomentar, sementara Rolls-Royce tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Selain Garuda, sejumlah maskapai di kawasan Asia Tenggara lainnya termasuk Malaysia Airlines, Thai Airways, Philippine Airlines dan AirAsia X juga sedang melalui restrukturisasi melalui proses peradilan setempat.

Garuda sendiri mencatatkan rugi bersih sebesar USD1,66 miliar pada Januari-September 2021, lebih besar dari kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya. (TYO)

SHARE