ECONOMICS

Menilik Lanskap Perkembangan UMKM dan Brand Lokal di Tengah Persaingan E-Commerce

Nia Deviyana 18/07/2025 08:00 WIB

Industri e-commerce memasuki fase pertumbuhan yang lebih matang.

Menilik Lanskap Perkembangan UMKM dan Brand Lokal di Tengah Persaingan E-Commerce. Foto: Freepik.

IDXChannel - Industri e-commerce memasuki fase pertumbuhan yang lebih matang, di mana para aktor utama seperti Shopee, TikTok Shop, Tokopedia, dan Lazada tak lagi sekadar berlomba merebut pangsa pasar. 

Namun, persaingan hari ini merambah pada sesuatu yang tak kalah esensial, siapakah yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan ruang tumbuh berkelanjutan bagi UMKM dan brand lokal?

Sebagai subjek utama, UMKM dan brand lokal memegang peran krusial dalam struktur  perekonomian Indonesia. 

Menurut data Kamar Dagang Indonesia (Kadin), UMKM menyumbang lebih dari 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan sekitar 97 persen tenaga kerja nasional. 

Di era digital, peran mereka tidak lagi terbatas pada sektor tradisional. Justru, mereka tampil sebagai aktor kunci dalam mendorong transformasi ekonomi melalui pemanfaatan teknologi digital, khususnya lewat platform e-commerce. 

Bagi pelaku UMKM dan brand lokal, e-commerce membuka peluang yang sebelumnya sulit dijangkau: memperluas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi operasional, hingga  membuka akses menuju konsumen global. Namun di tengah peta persaingan e-commerce  yang semakin kompleks, keberpihakan terhadap pelaku UMKM dan brand lokal kini menjadi  diferensiasi utama. 

Bukan lagi sekadar soal siapa yang paling besar, tetapi siapa yang paling  berdampak. 

Berdasarkan riset terbaru E-Commerce Seller Satisfaction 2025 yang dirilis oleh Ipsos  Indonesia, perusahaan riset pasar terkemuka, mencoba menjawab pertanyaan besar itu:  platform e-commerce mana yang paling dipercaya, paling berdampak, dan paling efektif  dalam mendukung UMKM dan brand lokal di Indonesia? 

Temuan riset ini memberi gambaran  yang lebih jernih tentang lanskap kompetisi digital saat ini, sekaligus menyoroti platform  yang berhasil membangun koneksi kuat dengan pelaku usaha tanah air. 

"Yang menarik adalah bagaimana tiap platform mulai berlomba bukan sekadar berebut transaksi, tapi juga menunjukkan perannya dalam mendukung UMKM dan brand lokal untuk  tumbuh. Di situlah sisi paling menarik dari riset IPSOS kali ini: mengukur tingkat awareness  penjual, loyalitas terhadap platform, serta persepsi terhadap fitur dan kampanye yang  ditawarkan. Harapannya, hasil riset ini dapat memberikan gambaran komprehensif tentang  lanskap kompetisi e-commerce di Indonesia, termasuk kinerja dan persepsi terhadap pemain  utama seperti Shopee, TikTok Shop, Tokopedia, dan Lazada," ujar Executive Director Ipsos Indonesia, Andi Sukma.

Melalui riset yang melibatkan 350 responden UMKM dan brand lokal di seluruh Indonesia  dengan metode Online Panel, ditemukan mayoritas penjual (66 persen) menyebut Shopee sebagai platform pertama yang terlintas dalam benak mereka (Top of Mind). 

Sementara, sebanyak 70 persen penjual menjadikan Shopee sebagai platform utama yang paling sering digunakan untuk menjalankan usaha mereka (Brand Used Most Often). 

Namun, kekuatan sebuah platform sebagai mitra pilihan UMKM dan brand lokal tidak hanya  diukur dari seberapa dikenal atau sering digunakan, melainkan juga dari seberapa besar  loyalitas penggunanya. 

Hal ini terungkap dalam hasil Net Promoter Score (NPS). Sebesar 77 persen UMKM dan brand lokal merasa yakin untuk merekomendasikan Shopee kepada pelaku usaha lainnya, diikuti Tiktok Shop 69 persen, sementara Tokopedia dan Lazada di 67 persen.
 
Melalui elemen di atas, preferensi pelaku UMKM dan brand lokal dalam memilih platform e commerce dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang relevan terhadap kebutuhan bisnis mereka. 

Tiga alasan utama yang paling banyak disebutkan oleh responden dalam studi ini adalah: memperluas jangkauan usaha (71 persen), praktis dan fleksibel (66 persen) yang memungkinkan seller beroperasi dari mana saja. Serta faktor kemudahan akses dan proses  dalam marketplace (59 persen).

Ketika alasan-alasan ini dikonversi ke dalam praktik bisnis, terdapat tiga dampak yang paling  dirasakan UMKM dan brand lokal saat berjualan di marketplace: memasarkan produk secara  lebih luas (69 persen), meningkatkan jumlah konsumen (67 persen), dan meningkatkan keuntungan  (65 persen). 

Temuan ini menunjukkan bahwa e-commerce tidak hanya menjadi solusi digital,  tetapi juga motor penggerak pertumbuhan bisnis yang signifikan bagi UMKM dan brand lokal  di Indonesia. 

Mengukur Kinerja E-Commerce 

Bagi pelaku UMKM dan brand lokal, platform e-commerce bukan sekadar etalase berjualan,  ini adalah ruang hidup tempat mereka berkarya, menjangkau konsumen, membangun cerita,  dan menumbuhkan harapan. 

Di dalamnya, produk tak lagi sekadar komoditas, melainkan  representasi dari usaha, nilai, dan identitas yang dibangun.  
Menyusuri lanskap ini, kompetisi antar e-commerce tidak cukup diukur dari skala  popularitas, tetapi dari kemampuannya membangun ekosistem, sebuah sistem yang dinamis, penuh interaksi, menghadirkan lalu lintas pengunjung yang relevan, serta membuka peluang pertumbuhan berkelanjutan.  

Berdasarkan hasil riset IPSOS, kembali mencatatkan posisi Shopee lebih unggul dalam tiga  persepsi kunci yang menjadi tolok ukur utama bagi UMKM dan brand lokal dalam memilih  platform e-commerce, yaitu sebagai platform menawarkan gratis ongkir paling banyak untuk pelanggan (67 persen), sebagai platform dengan ragam kategori produk yang paling luas (66 persen), sebagai platform memberikan keuntungan atau laba bersih paling tinggi (63 persen).
 
Data di atas, bahwa yang paling penting bukan sekadar pilihan platform, tetapi sejauh mana  platform tersebut benar-benar mendorong hasil nyata bagi pelaku usaha lewat ragam  program dan fitur yang dihadirkan. Dalam konteks ini, Shopee tampil lebih unggul diikuti TikTok Shop, Tokopedia, dan Lazada.

Hadirkan Kesempatan Tumbuh untuk UMKM dan Brand Lokal 

Layaknya sebuah lomba maraton, tidak semua platform e-commerce melaju dengan  kecepatan yang sama. Setiap langkah ditentukan oleh strategi yang mereka hadirkan. 

Mulai  dari laman lokal yang relevan, program edukasi yang memberdayakan, fitur interaktif yang  mendorong visibilitas dan konversi, hingga kampanye tematik dan peluang ekspansi global.  

Namun, dari semua inisiatif dan indikator tersebut, pertanyaannya tetap sama: siapa yang  benar-benar unggul dan konsisten membuka jalan bagi pelaku usaha lokal untuk tumbuh dan  berkembang? 

Laman Khusus dan Program Edukasi 

Jika dilihat dari laman kurasi produk lokal yang disuguhkan para pemain ecommerce. Ibarat rumah yang berisikan cerita dari berbagai sudut negeri melalui produk yang diciptakan dengan tangan, hati, dan kreativitas. 

Di antara empat pemain, Shopee dinilai mayoritas UMKM dan brand lokal (56 persen) sebagai platform  paling konsisten menyediakan laman khusus lokal untuk mendorong pertumbuhan  bisnis, diikuti Tokopedia (20 persen), TikTok Shop (15 persen), dan Lazada (7 persen).
 
➢ Mayoritas responden yang memilih Shopee juga menyebut fitur Shopee Pilih Lokal yang paling dikenal dan berdampak dalam meningkatkan penjualan, sekaligus ruang promosi yang lebih luas. Meski pemain lain seperti Tokopedia dan TikTok Shop (Beli Lokal), dan Lazada (Hiperlokal), juga  menawarkan program serupa. 

Lebih dari sekadar wadah berjualan, 57 persen juga memilih Shopee sebagai platform  yang paling aktif menghadirkan program edukasi dan pendampingan untuk UMKM dan brand lokal, diikuti TikTok Shop (19 persen), Tokopedia (18 persen), dan Lazada (6 persen). 

Seperti Kampus UMKM Shopee dan Program Bimbel Shopee, yang secara konsisten menyediakan pusat edukasi bagi para pelaku usaha agar mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. 

Efektivitas fitur live stream and video & iklan 

Dari sekadar melihat produk secara pasif hingga berkembang menjadi pengalaman  belanja yang lebih interaktif, imersif, dan informatif. 

Fitur seperti live streaming dan  video singkat kini memainkan peran strategis dalam menggerakkan keputusan  pembelian. 

Di tengah tren ini, Shopee kembali dianggap oleh mayoritas responden (54 persen) sebagai e-commerce dengan fitur hiburan (live streaming/video pendek)  yang paling membantu penjualan, diikuti oleh TikTok Shop (29 persen), Tokopedia (11 persen),  dan Lazada (5 persen).  

➢ Menariknya, di antara UMKM dan brand lokal yang menggunakan fitur interaktif Shopee, mayoritas setuju Shopee Live dan Shopee Video  memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan penjualan mereka.  

Kehadiran fitur ini tidak hanya menjadi kanal promosi yang efektif, sekaligus alat komunikasi yang membangun kepercayaan konsumen. 

Jika fitur interaktif membangun kedekatan emosional antara penjual dan pembeli,  maka fitur iklan memungkinkan pelaku UMKM dan brand lokal menjangkau audiens lebih luas, dengan efisiensi biaya yang disesuaikan skala kebutuhan. Dalam konteks  ini, 62 persen responden menilai program iklan Shopee sebagai yang paling efektif dan  merasakan peningkatan penjualan signifikan selama periode iklan berlangsung.

Pengaruh program dan kampanye tematik 

Bagi pelaku usaha lokal, partisipasi kampanye berskala besar seperti Ramadan  menjadi salah satu momentum besar dalam perjalanan bisnis mereka. 

Dengan tingginya intensitas belanja selama periode ini, para platform e-commerce pun saling adu strategi lewat kampanye tematik yang kompetitif dan menarik, seperti  Shopee Big Ramadan Sale, Ramadan Ekstra Seru di TikTok Shop dan Tokopedia, serta Ramadan Mega Sale Lazada. 

Untuk memahami sejauh mana efektivitas masing-masing kampanye, hasil riset berikut ini mengungkapkan: 

Tingginya total persentase partisipasi menunjukkan bahwa banyak UMKM & Brand  Lokal yang mengikuti lebih dari satu kampanye lintas platform secara bersamaan,  memaksimalkan peluang dari berbagai kanal yang tersedia. 

Namun demikian,  kampanye Shopee Big Ramadan Sale menjadi yang paling banyak diikuti oleh UMKM  & brand lokal dan dinilai paling memberikan dampak nyata terhadap penjualan  selama periode promosi berlangsung. 

Program Ekspor: Mendorong UMKM Menembus Pasar Global 

Di sisi lain, ekspansi ke pasar global masih menjadi tantangan bagi UMKM & Brand Lokal. Keterbatasan logistik, minimnya pemahaman terhadap pasar luar negeri,  serta kurangnya pendampingan. 

Oleh karena itu, program ekspor yang diusung para  pemain e-commerce kini turut menjadi medan persaingan yang tak kalah mencuri  perhatian. Berdasarkan data, Shopee dianggap oleh mayoritas responden sebanyak  62 persen, sebagai e-commerce yang paling membantu UMKM menembus pasar global.  

Diikuti pemain lainnya, Tokopedia (16 persen), TikTok Shop (15 persen), dan Lazada (6 persen).  

Lebih dari itu, mayoritas UMKM dan brand lokal yang mengikuti program Shopee Ekspor juga menyatakan dampak positif dari inisiatif tersebut terhadap  pertumbuhan bisnis. 

Pada Riset Ipsos 2025 kali ini menunjukkan bahwa di era kompetisi digital yang makin kompleks, platform yang akan bertahan dan menang adalah yang mampu menjadi katalis  pertumbuhan berkelanjutan bagi UMKM dan brand lokal.  

"Pada akhirnya, yang memenangkan hati pelaku usaha adalah mereka yang adaptif terhadap  perubahan, setia membimbing, dan menjadi solusi ketika tantangan datang. Bukan hanya  menyediakan ruang jualan, tapi menghadirkan ekosistem pertumbuhan. Dalam arena  perlombaan ini, Shopee dinilai oleh mayoritas UMKM dan Brand Lokal sebagai platform yang memberikan kontribusi dan dampak paling nyata dalam menciptakan ruang tumbuh  berkelanjutan. Membangun kapabilitas, memperkuat literasi digital, program berkelanjutan,  hingga menjembatani pelaku usaha menuju skala lebih besar, termasuk pasar global," kata Andi Sukma.

(NIA DEVIYANA)

SHARE