ECONOMICS

Neraca Dagang Surplus, Pengusaha: Tetap Hati-Hati Ekspor dan Daya Beli Turun

Suparjo Ramalan 21/06/2024 01:03 WIB

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tetap hati-hati meski neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 mengalami surplus sebesar USD2,93 miliar.

Neraca Dagang Surplus, Pengusaha: Tetap Hati-Hati Ekspor dan Daya Beli Turun (foto mnc media)

IDXChannel - Neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD2,93 miliar pada Mei 2024. Angka ini naik tipis USD0,21 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, yakni USD2,72 miliar.

Meski neraca perdagangan pada Mei lebih tinggi dari bulan sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai kondisi itu tetap diwaspadai pemerintah. Pasalnya, terjadi penurunan ekspor dan daya beli masyarakat di level domestik. 

“Cuma kita tetap hati-hati ya, karena kita lihat surplusnya itu semakin menipis. Jelas kondisi sekarang kalau dari segi demand, ekspor ada penurunan. Juga di domestik, kita lihat daya beli juga menurun,” ujar Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2024).

Lantaran naik tipis, pemerintah patut mengantisipasi kondisi yang dinilai bisa memburuk di masa-masa mendatang, apalagi nilai tukar Rupiah terhadap USD kian lemah.  

“Jadi mesti berhati-hati. Sementara neraca perdagangan kita masih surplus bagus sekali, tapi saya rasa kita harus mengantisipasi kondisi yang akan memburuk ke depannya,” kata Shinta.

Untuk menggenjot kinerja neraca dagang RI, Shinta menuturkan, otoritas bisa melakukan diversifikasi pasar ekspor. Di mana, pemerintah bisa saja memperluas negara tujuan ekspor atau menambah sektor ekonomi yang terlibat dalam ekspor suatu negara.

Diversifikasi pasar ekspor dipandang perlu karena pasar-pasar tradisional utama banyak menemui tantangan lantaran kondisi geopolitik global saat ini. 

“Kita bisa terus menggenjot diversifikasi pasar ekspor ya, di sini kita melihat memang pasar-pasar tradisional yang utama banyak menemui tantangan, juga dengan kondisi geopolitik yang ada. Jadi kita coba diversifikasi pasar,” ujarnya.

Tak hanya itu, pemerintah juga harus mendorong fasilitas ekspor baik untuk pembiayaan dan kebijakan yang akomodatif. Dua fasilitas ini dinilai penting karena produsen di dalam negeri masih membutuhkan bahan baku impor dan bahan penolong. 

“Kedua, mendorong fasilitas ekspor di kita, baik itu dari segi pembiayaan, promosi yang juga didukung oleh pemerintah. Nah, yang penting juga kita harus dibantu dengan regulasi yang mendukung,” Shinta mengatakan.

“Terutama kita melihat bagaimanapun juga produsen-produsen kita masih membutuhkan bahan baku impor dan bahan penolong. Jadi ini tetap didukung supaya ekspor-impor itu juga bisa lancar berjalan untuk para produsen maupun eksportir,” ujarnya.

(FAY)

SHARE